Menu


Sejarah Sibuk Merpati Airlines, Maskapai BUMN yang Bangkrut Dibubarkan Jokowi

Sejarah Sibuk Merpati Airlines, Maskapai BUMN yang Bangkrut Dibubarkan Jokowi

Kredit Foto: Ist.

Konten Jatim, Jakarta -

Salah satu maskapai Indonesia kembali bangkrut. Kali ini, Presiden Joko Widodo resmi membubarkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Merpati Airlines karena pailit. 

Per 20 Februari, Presiden Jokowi membubarkan Merpati Airlines berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 8/2023 tentang Pembubaran Perusahaan Perseorangan PT Merpati Nusantara Airlines yang diteken dan diundangkan pada 20 Februari 2023. 

Mengutip beleid yang menjadi dasar pemerintah membubarkan Merpati tersebut, diketahui alasannya ialah perusahaan BUMN itu sudah dinyatakan pailit pada 2 Juni 2022, oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya.

Baca Juga: Pesawat Susi Air Punya Susi Pudjiastuti Diduga Dibakar di Papua Nduga

Hal ini disebutkan dalam putusan Nomor 5/Pdt.Sus-Pembatalan Perdamaian/2022/PN.Niaga.Sby. Jo. Nomor: 4/Pdt.Sus-PKPU/2018/PN.Niaga.Sby., yang juga menyatakan PT Merpati Nusantara Airlines pailit dalam keadaan insolvensi.

Kandas, seperti apa masa lalu Merpati Airlines?

Perusahaan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) ialah bekas BUMN yang bergerak di bidang penerbangan regional. Seluruh aset perusahaan ini disebut bakal dijual setelah dinyatakan pailit pada 2 Juni 2022 silam.

Maskapai yang satu ini berdiri sejak 6 September 1962 dan berhenti beroperasi sejak 1 Februari 2014. Berkantor pusat di Surabaya, armada Merpati Airlines terhitung 39 secara total.

Merpati memiliki sejarah panjang yang sibuk sejak didirikan hingga dinyatakan pailit. Pada 1962 hingga 1966, berbagai sumber menyebut Merpati mulai dari sekadar empat unit De Havilland Canada DHC-3 Otter dan dua unit Douglas DC-3 yang dihibahkan oleh TNI AU, serta modal uang sebesar Rp 10 juta.

Merpati juga menerima sejumlah pesawat terbang dari Garuda Indonesia sebagai hibah, dan membuat maskapai yang satu ini membuka penerbangan ke daerah Irian Barat, Sumatera, dan Nusa Tenggara. Bahkan PBB pun memberi tiga unit DHC-3 Otter ke Merpati bertepatan dengan penyerahan Irian Barat.

Baca Juga: Garuda Indonesia Ubah Harga Tiket Pesawat Haji Menjadi Rp 32,7 Juta 

Pada 1967, pemerintah daerah mengurangi subsidi untuk Merpati karena maskapai itu dirasa bisa melayani rute perintis secara mandiri. Namun, timbul masalah keuangan karena penerbangan komersialnya belum bisa menutup biaya operasional dari penerbangan perintis.

Pemerintah mengizinkan Merpati membuka penerbangan jarak jauh, jarak menengah dan jarak dekat. Status perusahaan ini diubah menjadi persero setelah sebelumnya bernama PN Merpati Nusantara untuk penerbangan regional.

Merpati juga menjalin kerja sama dengan sejumlah maskapai asing, seperti Japan Air Lines, Qantas, Thai Airways International, Lufthansa, Olympic Airways, Trans Australia Airlines, dan China Airlines. Maskapai yang satu ini bahkan sempat menerima dua unit Twin Otter dari Pemerintah Kanada.

Pada 1978, pemerintah menyerahkan semua saham perusahaan Merpati Airlines ke Garuda Indonesia, dan nama perusahaan ini kemudian diubah menjadi PT Merpati Nusantara Airlines yang kemudian bekerja sama dengan sejumlah maskapai swasta untuk menyediakan penerbangan perintis.

Baca Juga: Ini 6 Alasan Pesawat Sriwijaya Air Jatuh 2 Tahun Lalu

Pemerintah menambahkan 14 unit NC-212 untuk Merpati dan maskapai ini kembali menerima hibah dari Pelita Air Service berupa dua unit pesawat terbang Hercules L-100. Kembali, Merpati lagi-lagi menerima sejumlah pesawat terbang yang sebelumnya dioperasikan Garuda Indonesia.

Rentang 1992 hingga 2006, Merpati mulai mengalami kesulitan keuangan karena banyaknya tipe pesawat yang dioperasikan. Akhirnya, maskapai ini menutup 40 rute perintis sehingga hanya melayani 28 rute perintis. 

Pesawat terbang BAe ATP milik Merpati kemudian diketahui tak layak terbaik sehingga dilarang terbang meski maskapai tetap harus membayar sewa. Kondisi keuangan Merpati makin buruk pada krisis 1997, semua sahamnya diambil kembali oleh pemerintah.

Pada 1999, Merpati diumumkan kembali mencatat laba operasi setelah melakukan sejumlah pembenahan.

Namun, hal itu tak bertahan lama karena sejumlah insiden yang dialami Merpati dan menewaskan banyak penumpangnya. Belum lagi, maskapai ini juga menunggak banyak utang ke Pertamina.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Sriwijaya Air SJ-182 Jatuh, Semua Isinya Tewas, Ini Kronologinya

Pada 1 Februari 2014, Merpati Airlines resmi menangguhkan seluruh penerbangan karena masalah keuangan dari berbagai utang. Sekiranya, perlu Rp15 triliun bagi mereka untuk kembali pulih, menurut Dahlan Iskan, Menteri BUMN waktu itu.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024