Sorotan terhadap lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) masih terus berlanjut. Satu per satu dugaan miring yang selama ini hanya jadi kabar burung terhadap ACT, mulai terkuak kebenarannya.
Selain penyelewengan dana kemanusiaan, hal lain yang juga disorot dari ACT adalah tudingan pendanaan terhadap organisasi teror.
Di tengah kehebohan soal penyelewengan dana bantuan oleh ACT, sebuah video lama berisi tayangan berita sebuah media luar negeri tengah ramai diperbincangkan di jagat media sosial, Selasa (5/7/2022).
Dalam tayangan berita media bernama CNN-News 18 tersebut, disebutkan bahwa ada salah satu lembaga non pemerintah asal Indonesia yang mentransfer dana sebesar RS 25 lakh, atau setara sekitar Rp 500 juta.
Celakanya, lembaga non pemerintah yang dimaksud adalah ACT.
Dana yang ditransferkan oleh ACT ke India dikaitkan dengan seseorang bernama Hafiz Saeed.
Hafiz Saeed adalah seorang ulama asal Pakistan yang dipidana karena mendalangi dan membiayai serangan di Hotel Taj Mahal, Mumbai tahun 2008.
Sebagai informasi, kerusuhan di New Delhi terjadi pada penghujung Februari 2020. Tercatat lebih dari 50 orang tewas dalam kerusuhan komunal terburuk dalam sejarah Delhi tersebut.
Kerusuhan tersebut dibalut sentimen agama terkait masyarakat yang pro dan anti terhadap rancangan undang-undang (RUU) kewarganegaraan yang dianggap menyudutkan masyarakat Muslim.
#NewsAlert | Indonesian NGO A.C.T funded Delhi riots, the NGO had assisted Hafiz Saeed in terror strikes in Indonesia: Top Intel sources | Input: @manojkumargupta#DelhiViolence pic.twitter.com/uGjMwIIIhK
— News18 (@CNNnews18) March 12, 2020
Dikutip dari Al Jazeera, partai oposisi Kongres Nasional India berpendapat hukum ini sangat diskriminatif untuk umat muslim
Regulasi itu memperbolehkan warga non-Muslim asal Bangladesh, Pakistan dan Afghanistan untuk masuk ke India secara ilegal dan menjadi warga negaranya.
Di bawah UU ini, umat Muslim India juga akan wajib untuk membuktikan bahwa mereka adalah warga negara India. Hal ini dikhawatirkan akan membuat banyak warga Muslim India yang akan kehilangan kewarganegaraan tanpa alasan.
Hal inilah yang membuat masyarakat Muslim melakukan unjuk rasa dan berujung bentrok dengan masyarakat Hindu yang mendukung RUU tersebut.
Dikutip dari BBC, provokasi dari pemimpin BJP, Kapil Mishra, telah membuat eskalasi kerusuhan membesar. Ucapannya dianggap telah menghasut aksi kekerasan massa pendukungnya terhadap masyarakat muslim.
BJP adalah singkatan dari Bharatiya Janata yang saat ini jadi partai penguasa di India. Partai ini dikenal punya basis masyarakat Hindu sayap kanan.
Meski kerusuhan akhirnya mereda, ketegangan antara masyarakat Hindu sayap kanan dan masyarakat Muslim masih kerap terjadi di India, terutama selama BJP masih berkuasa.
Stop what you’re doing, watch this video & read about what’s happening in India.
— Arjun Sethi (@arjunsethi81) February 25, 2020
As Trump and Modi parade across the country, mobs are openly attacking Muslims, looting their businesses & desecrating houses of worship just like you see in this video.pic.twitter.com/ouMXwXMsVg
Presiden ACT Ibnu Khajar sudah pernah membantah pemberitaan CNN-News 18 tersebut. Menurutnya, kabar tersebut sangat keliru dan tak bertanggung jawab.Apalagi pemberitaan tak didahului oleh konfirmasi ke pihak yang diberitakan.Terkait transfer dana ke India, Ibnu mengatakan, pascakerusuhan yang terjadi di New Delhi, tim ACT memberikan bantuan kemanusiaan kepada 47 keluarga korban yang tewas. Nominalnya mencapai sekitar Rp 500 juta.Ibnu menegaskan tuduhan ACT mendanai perusuh tak sama sekali berdasar. Sebab, bantuan dari ACT diberikan pada masa damai alias saat kerusuhan telah mereda.“Secara timing saja, (pemberitaan) itu sudah salah. Jadi tidak ada dasarnya kalau kami biayai kerusuhan,” kata Ibnu saat dihubungi Republika, Jumat (13/3/2020).
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan