Namun, pada akhirnya, gerakan salafi ini justru malah mengarah ke radikalisme dan paham wahabisme. Sebagai informasi, paham wahabisme sendiri sebenarnya serupa dengan salafi. Hanya saja mereka diketahui lebih radikal dan ekstrem terkait penerapan Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Disinyalir keberadaan salafi sudah muncul sejak abad ke-12 di wilayah Timur Tengah. Adanya salafi ini diketahui muncul karena keinginan untuk melaksanakan kehidupan layaknya periode emas Agama Islam, yakni di era Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Baca Juga: Menuju Teluk Hijau Banyuwangi: Jalan ke Surga Tersembunyi yang Menantang dan Bisa Bikin ‘Putus Asa’
Salafi bisa dengan amat mudah menyebutkan orang lain adalah kafir dan musyrik. Mereka juga kerap membid'ahkan benda-benda modern yang dahulu dilarang dalam Agama Islam, seperti musik, pahatan dan peralatan elektronik.
Kegiatan sederhana seperti duduk bersama wanita non-muhrim juga diharamkan. Padahal, kenyataannya terdapat alasan benda-benda tersebut dilarang oleh Agama Islam, yaitu karena dikhawatirkan bisa mengganggu ibadah.
Baca Juga: Wisata di Teluk Hijau Banyuwangi, Kok Bisa Airnya Hijau?
Di era modern ini, tidak seharusnya benda-benda tersebut dikhawatirkan untuk merusak ibadah seorang Muslim. Sebaliknya, bisa saja benda tersebut membantunya agar lebih taat beribadah.
Ajaran salafi bisa dikatakan sesat karena sesama umat Muslim tidak diizinkan untuk mengkafirkan satu sama lain. Meskipun begitu, mereka tidak bisa dikatakan kafir karena dalam pikiran mereka, hanya berusaha untuk menegakkan Agama Islam yang baik dan benar sesuai dengan ajarannya.
Baca Juga: Dalil Qada dan Qadar dalam Al-Qur’an sebagai Rukun Iman ke-6