Rio Capella pun mengklaim pernah mengingatkan petinggi NasDem ketika memutuskan mengundang Anies Baswedan hadir pada Kongres NasDem.
Menurutnya, 'kelas' Anies Baswedan saat itu harusnya adalah Musyawarah Wilayah (Muswil). Sedangkan untuk Kongres porsinya untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Saya sudah ingatkan waktu Kongres dulu itu ketika Anies diundang di dalam pembukaan dan diberi kesempatan berpidato. Sedangkan presiden yang kelasnya memang munas atau kongres tidak diundang," ucapnya.
"Padahal yang mensahkan apakah kongres itu sah atau tidak adalah presiden melalui Menkumham untuk mensahkan itu," imbuh Rio.
"Saya mengingatkan Anies itu kelasnya muswil bukan kongres. Tapi kan kemudian orang di sekitar Bang Surya kemudian mungkin memberikan masukan lain," sambungnya.
Tahapan-tahapan salah perhitungan ini, lanjut Rio Capella, terus berlanjut. Setelah kongres, NasDem justru berkunjung kepada PKS dengan alasan untuk meredam oposisi.
"Oposisi apa PKS dengan Demokrat, tidak bisa apa-apa juga dua itu melawan tujuh partai yang berkoalisi dan juga bukan harus NasDem yang mendekati."
"Berkoalisi ini kan parpol mendukung presiden, ya harusnya presiden dong yang memang berkepentingan terhadap oposisinya PKS dan Demokrat, bukan NasDem," ujar Rio Capella.
Rio Capella juga menilai PKS dan Demokrat belum terikat dalam Koalisi Perubahan bersama NasDem. Meskipun ada beberapa elite PKS dan Demokrat menyatakan mendukung Anies sebagai capres.
"Menyatakan mendukung Anies kan belum tentu berkoalisi dengan NasDem," tutur Rio Capella.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024