Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tengah mendapat banyak hujatan di twitter pasca pidatonya saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDI Perjuangan.
Kegiatan tersebut berlangsung di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (21/6/2022).
Setidaknya ada dua hal dari pidato Megawati yang ramai dibahas di dunia maya pada Rabu (22/6/2022). Pertama, guyonannya soal tukang bakso. Adapun yang kedua pernyataan soal orang Papua.
Untuk pernyataan soal orang Papua, potongan pidato Mega tersebut menyebar di media sosial.
Hujatan dan kritikan pedas pun dilayangkan kepadanya, termasuk dari akun-akun terkenal dengan jumlah pengikut yang banyak, salah satunya @sociotalker. Akun itu dimiliki oleh Sulfikar Amir, pengajar di Nanyang Technological University, Singapura.
Ia menganggap pernyataan itu sebagai ujaran rasis.
this is RACISM...!!! ???? https://t.co/DVDeWsp8Af
— Joel Picard (@sociotalker) June 22, 2022
Kritikan-kritikan lain bisa dilihat lewat twit-twit di bawah ini:
Kalau omongannya begini, saya dukung Papua Merdeka. https://t.co/lI7yfM7HGj
— Abdurrahim Arsyad (@abdurarsyad) June 22, 2022
Mantan presiden, ketua partai abadi "Wong Cilik" ngakak2 beserta kader2nya termasuk putra terbaik bangsa @jokowi menertawakan tukang bakso dan rasisme thdp org Papua. Wak Haji @budimandjatmiko terhibur? https://t.co/fkE0xfRly8
— Pablo ?rgobar (@rahung) June 22, 2022
"Indonesians - Unity in Diversity - we have to combine. Physically and emotionally, also via genetic engineering. Papuans are Black. Many are ‘milk coffee’ now, blended, becoming very Indonesian [Jokowi claps]. Many migrants in coastal Papua. They’ve mixed. That's what I want." pic.twitter.com/CyNc5vgUjB
— Veronica Koman ??? (@VeronicaKoman) June 22, 2022
Pidato Mega terkait orang Papua ini merupakan bagian dari penjelasan tentang keinginannya agar anak-anak Indonesia bisa unggul secara fisik.
Ia mengawali penjelasannya dengan menyinggung tinggi badan salah seorang anggota Paspampres Jokowi yang mencapai sekitar 182 centimeter.
"Maunya saya, ini semua, anak-anak Indonesia, tingginya sedia ini," ujar Megawati.
Megawati kemudian menekankan pentingnya pemberantasan stunting.
"Mestinya ibunya yang perlu dicereweti. Ini ibu-ibu ini lho," ucap Mega sambil menunjuk kader-kader perempuan peserta Rakernas PDIP.
Menurut Mega, genetika tiap manusia memang berbeda-beda. Karena itu, ia menekankan perlunya perkawinan campur antarsuku.
Dia lantas mencontohkan dirinya sendiri yang merupakan anak biologis dari perkawinan antarsuku karena ayahnya, Soekarno merupakan keturunan campuran dari orang Jawa dan Bali.
Sementara itu, ibunya, Fatmawati berasal dari Bengkulu, Sumatera.
Menurut Mega, perkawinan campur itulah yang akhirnya menghasilkan Soekarno yang dinilainya tampan dan kharismatik. Soekarno juga punya postur yang gagah. Mega menilai hal itulah yang membuat ayahnya disenangi para wanita.
Penjelasan Mega tentang pentingnya perkawinan campur ini kemudian beralih ke guyon soal fisik tukang bakso dan orang Papua.
"Manusia Indonesia ini kan bhinekka tunggal ika, harus bersatu padu bukan hanya dari segi fisik dan perasaan, tapi ya itu tadi, rekayasa genetika."
"Maaf ya, sekarang dari Papua ya, Papua itu kan hitam-hitam ya," ucap Mega.
Guyonan Mega kemudian beralih ke cerita pengalamannya saat datang pertama kali ke Papua. Di sana, ia merasa beda sendiri.
"Makanya waktu kemarin saya bergurau dengan Pak Wempi (Wamendagri John Wempi Wetipo). Kalau sama Pak Wempi sudah dekat. Itu dia ada."
"Kopi susu," ujar Mega disambut tawa peserta acara. Istilah tersebut sering digunakan untuk menggambarkan dua orang berbeda warna kulit yang sedang berdekatan.
Menurut Mega, saat ini sudah mulai banyak orang Papua yang fisiknya tak sepenuhnya seperti orang asli setempat. Hal itu disebabkan perkawinan campur seiring mulai banyaknya pendatang di sana.
"Sekarang sudah banyak lho sekarang yang mulai blending, jadi Indonesia banget," ujar Megawati disambut tepuk tangan kader, tak terkecuali Presiden Joko Widodo.
Lebih lanjut, Megawati menilai perkawinan campur antarsuku bisa menimbulkan efek positif maupun negatif.
Untuk sisi positif, Mega berujar perkawinan campur tidak hanya menghasilkan bibit yang menawan secara fisik tapi juga cerdas.
Pidato lengkap Megawati bisa disaksikan dalam video di bawah ini:
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO