Budayawan dan tokoh ulama Jawa Timur, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun Membandingkan dua tipe pemimpin. Ada dua kemungkinan, yaitu pemimpin Muslim namun zalim, dan pemimpin kafir namun adil.
“Terminlogi yang meletakan dua kemungkinan. Pemimpin Muslim yang zalim atau pemimpin kafir yang adil,” ujar Cak Nun dikutip Kamis (19/1/2023).
Baca Juga: Mazdjo Pray: Ainun Nadjib Ngaku Budawayan, Saya Melihatnya Kok Tidak Berbudaya
Terkait hal itu, Cak Nun tak membenarkan definisi dari keduanya, karena konep dari keduanya sama-sama salah.
“Saya sampai hari ini belum bisa menemukan kebenarannya, yang saya temukan itu kesalahannya. Dan saya temukan 317 kesalahan,” ujarnya.
“Jadi cara berpikirnya begitu, daripada kamu pilih pemimpin Muslim yang zalim kan mending pemimpin kafir yang adil, itu salah juga,” sebut Cak Nun.
Cak Nun mengatakan, seorang Muslim yang zalim tidak memenuhi kategori sebagai pemimpin.
“Ada zaim kok disebut Muslim, kalau zalim itu bukan Muslim. Gula kok pahit? jadi ini sesat pikirnya,” ungkap Cak Nun.
Sama halnya dengan kafir-adil, Cak Nun menyebut yang disebut kekufuran sudah jelas tidak adil. Jika konteks secara vertikal saja sudah salah, lantas yang terjadi dengan hubungan horizontal juga menjadi tidak benar.
“Kalo kafir kok adil? kekufuran itu puncak ketidakadilan, mungkin ada konteks vertikalnya, kepada Allah aja dia gak adil kok. Ada dibilang nggak ada, Allah A kok dibilang B,” ujar Cak Nun.
Baca Juga: Mulai Ngajak ke Sana-sini, Ini yang Bikin PPP ‘Girang’ Sandiaga Gabung ke Partainya
“Apalagi horizontal, jadi tidak bisa kalimat ini digabungkan. Kafir yang adil, ya nggak bisa. kentut yang wangi, ya tidak bisa,” pungkasnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024