Di masa lampau, ada banyak sekali kerajaan bercorak Hindu-Budha yang sempat menguasai sebagian besar wilayah Indonesia. Namun, pada akhirnya, mereka harus mengalami keruntuhan karena berbagai faktor.
Hal ini juga berlaku kepada Kerajaan Mataram Kuno. Sempat menjadi penguasa daratan Jawa, kerajaan yang juga disebut sebagai Kerajaan Medang ini akhirnya runtuh dan menyisakan berbagai macam peninggalan bagi masyarakat Indonesia.
Apa yang menjadi sebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno? Berikut penjelasannya mengutip situs Coin One dan sumber lain pada Kamis (31/8/2023).
Baca Juga: Kisah Kerajaan Mataram Kuno (Bag.1): Proses Berdirinya Kerajaan
Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
Akibat Diserang Kerajaan Sriwijaya
Melalui serangkaian peristiwa yang kompleks dan faktor-faktor yang bervariasi, Kerajaan Mataram Kuno mengalami keruntuhan yang mengubah arah sejarah wilayah ini. Salah satu faktor awal yang berkontribusi terhadap runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno adalah serangan angkatan laut yang dilancarkan oleh Dharmawangsa Teguh.
Tidak main-main, sosok ini menyerang salah satu kerajaan besar lain di masa itu, yakni Kerajaan Sriwijaya yang berbasis di Sumatera. Serangan ini dilakukan dalam upaya untuk menguasai jalur perdagangan maritim yang dikendalikan oleh Sriwijaya serta untuk melemahkan kemampuan maritim Sriwijaya.
Invansi Jawa ini tercatat dalam sumber-sumber Tiongkok dari periode Dinasti Song. Serangan Jawa ke Sriwijaya mengakibatkan persekutuan antara Sriwijaya dan Tiongkok untuk melawan serangan tersebut. Serangan ini berlangsung selama 16 tahun, dan akhirnya Sriwijaya berhasil mengusir pasukan Jawa dari wilayahnya.
Lebih dari itu, serangan ini memaksa raja Sriwijaya, Sri Cudamani Warmadewa, untuk mencari perlindungan dari Tiongkok, mengakhiri kemampuan maritim dan kekuasaan Mataram di wilayah tersebut.
Efek Domino Meletusnya Gunung Merapi
Selain itu, ada teori yang menghubungkan letusan Gunung Merapi sebagai faktor penyebab perpindahan kekuasaan. Dikatakan bahwa letusan Gunung Merapi yang hebat dapat meruntuhkan ibu kota Mataram dan merusak struktur pemerintahannya, menciptakan kekacauan dalam tatanan politik dan sosial.
Setelah kejadian perang melawan Sriwijaya dan mungkin juga akibat letusan Gunung Merapi, Kerajaan Mataram Kuno menghadapi pemberontakan yang signifikan. Pemberontakan ini termasuk pemberontakan oleh Haji Wurawari, pemimpin wilayah bawahan Mataram.
Pemberontakan ini menyebabkan pertumpahan darah dan kekacauan. Pemberontakan ini terjadi pada saat kerajaan sedang melangsungkan pesta pernikahan putri Dharmawangsa dengan Airlangga.
Serangan mendadak ini membuat istana tidak siap dan terkejut, yang berujung pada peristiwa kematian besar, termasuk Dharmawangsa, dan kehancuran istana. Kematian Raja Dharmawangsa dan kekacauan yang diakibatkannya menjadikan Kerajaan Mataram Kuno tidak stabil.
Baca Juga: Kisah Kerajaan Mataram Kuno (Bag. 2): Pindah ke Jawa Timur
Terbentuknya Kerajaan Kediri
Para panglima perang di berbagai provinsi, daerah, dan pemukiman di Jawa Tengah dan Jawa Timur memberontak dan melepaskan diri dari pemerintahan pusat Mataram. Situasi ini memicu perampokan, kerusuhan, kekerasan, dan kejahatan yang merusak tatanan sosial dan politik negara.
Namun, dari puing-puing keruntuhan, muncul Airlangga, putra Raja Udayana Warmadewa dari Kerajaan Bali, yang merupakan kelanjutan dari wangsa Isyana. Dengan dukungan rakyat dan kaum pendeta, Airlangga membangun kerajaan baru.
Pada tahun 1019, dia mendirikan sebuah kerajaan baru dengan ibukota di Watan Mas dekat Gunung Penanggungan. Kerajaan ini dilihat sebagai kelanjutan dari Kerajaan Mataram, meskipun lokasinya telah berubah. Kerajaan tersebut diberi nama Kerajaan Kediri.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024