Nyadran Dam Bagong merupakan persembahan adat yang tak henti dilestarikan oleh masyarakat setempat, menjadi simbol gotong royong, bersedekah, dan rasa syukur kepada Tuhan. Tradisi ini menjadi ritual yang diadakan setiap tahun, khususnya pada hari Jumat Kliwon bulan Selo dalam kalender Jawa.
Warga Trenggalek berkumpul di Dam Bagong, tempat di mana peristiwa ini berlangsung. Bagong, dahulu merupakan sebuah dam pembagi aliran sungai, kini menjadi pusat perhatian untuk merayakan tradisi bersejarah ini.
Tradisi Nyadran Dam Bagong ini berasal dari Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dan memiliki makna mendalam dalam sejarahnya. Berikut sejarah terkait awal mula pelaksanaan Nyadran Dam Bagong oleh masyarakat setempat, menyadur situs Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Kamis (24/8/2023).
Baca Juga: Tradisi Nyadran Dam Bagong, Menumbalkan Kepala Kerbau untuk Tolak Bala
Sejarah Nyadran Dam Bagong
Tradisi Nyadran Dam Bagong mengakar dalam sejarah dan asal-usul yang kaya akan makna. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada seorang tokoh ulama bernama Adipati Menak Sopal.
Menak Sopal memainkan peran yang sangat penting dalam penyebaran ajaran Islam di wilayah Trenggalek. Namun, kontribusinya tak berhenti di sana. Ia juga menjadi tokoh di balik pembangunan Dam Bagong yang memiliki dampak besar pada kehidupan masyarakat setempat.
Dalam kisahnya, Menak Sopal menghadapi tantangan dalam upaya membangun dam atau alat pengairan. Ayahnya memberinya saran yang tidak biasa - untuk menumbalkan kepala seekor gajah putih sebagai tumbal.
Baca Juga: Sejarah Keduk Beji: Bentuk Kepedulian Ludrojoyo Terhadap Petani Lokal
Dengan tekad yang kuat, Menak Sopal mengikuti saran tersebut. Kepala gajah dimasukkan ke dalam Sungai Bagongan, sementara dagingnya dibagikan kepada warga yang ikut terlibat dalam gotong royong. Tindakan ini akhirnya membuahkan hasil, dan nama Dam Bagong pun tercipta.
Pelaksanaan Nyadran Dam Bagong diadakan setiap tahun pada hari Jumat Kliwon bulan Selo, mengikuti kalender Jawa.
Upacara dimulai dengan tahlilan di dekat makam Adipati Menak Sopal, dilanjutkan dengan ziarah makam yang diikuti oleh tokoh masyarakat dan warga. Sementara itu, di sekitar kompleks pemakaman, tarian jaranan menghibur para peserta dengan semangat lokalnya.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan