Surabaya menyimpan banyak peristiwa sejarah. Jejak peristiwa sejarah bisa dilihat di museum, salah satunya di Museum WR Soepratman.
Mengutip laman Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, Museum WR Soepratman berlokasi di Jl. Mangga No.21, Gedang Sewu, Surabaya Kel. Tambaksari, Kecamatan Tambaksari.
Baca Juga: Melihat Perjalanan Hidup SBY dan Karya Seni Ani Yudhoyono di Museum SBY*ANI
Museum ini pada dasarnya rumah milik kakak pertama WR Soepratman, Roekiyem Soepratijah. Roekiyem pertama kali membawa Soepratman ke rumah tersebut dalam keadaan sakit.
Mengutip laman Museum Sumpah Pemuda, WR Supratman sempat ditangkap Belanda pada 7 Agustus 1938, lantaran lagunya yang berjudul 'Matahari Terbit' dinyanyikan pandu-pandu Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). Lagu tersebut dianggap wujud simpati terhadap Kekaisaran Jepang.
WR Soepratman meninggal dunia pada 17 Agustus 1938 di rumah sang kakak karena gangguan jantung. Ia dimakamkan di Pemakaman Umum Kapasan Jalan Tambak Segaran Wetan Surabaya.
Isi Museum WR Soepratman
Hanya ada dua kamar tidur di rumah ini, yaitu di sisi kanan dan ruang tamu di sisi kiri. Para pengunjung bisa melihat foto-foto WR. Soepratman dengan keluarga dan teman dekat di ruang tamu.
Ruangan milik WR. Soepratman merupakan kamar depan yang unik karena tidak ada akses masuk selain jendela depan bertujuan untuk mengelabui aparat Hindia Belanda.
Ketika datang ke Museum WR. Soepratman, pengunjung juga dapat melihat replika baju WR Soepratman saat menghadiri Kongres Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Pada kongres ini, untuk pertamakalinya WR Soepratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan gesekan biolanya di depan seluruh peserta kongres sebelum dibacakannya Sumpah Pemuda.
WR Soepratman memang dikenal selalu membawa biolanya dan di museum ini terdapat replika biolanya. Selain itu ada pecahan uang Rp50 ribu yang menempatkan wajah tokoh WR Soepratman.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO