Menu


Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 3): Runtuhnya Kerajaan Kediri

Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 3): Runtuhnya Kerajaan Kediri

Kredit Foto: Wikimedia Commons/ESCapade

Konten Jatim, Depok -

Di masa keemasannya, Kerajaan Kediri adalah salah satu kerajaan paling berpengaruh tidak hanya di pulau Jawa, melainkan juga pulau-pulau lain di Indonesia dan bahkan sampai menjalin hubungan dengan kerajaan di luar Indonesia.

Adalah sosok Jayabaya, pemimpin Kerajaan Kediri yang bijaksana, adil, dan cerdas yang membawa kerajaan tersebut dan masyarakatnya mencapai puncak kejayaan dan kemakmuran. Namun, masa kejayaan Kerajaan Kediri juga tidak bertahan selamanya.

Pada akhirnya, Kerajaan Kediri mengalami kemunduran secara perlahan. Runtuhnya Kerajaan Kediri sendiri dilandaskan oleh beberapa faktor, baik itu eksternal maupun internal.

Baca Juga: Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 1): Proses Berdirinya Kerajaan Kediri

Runtuhnya Kerajaan Kediri

Merangkum informasi dari jurnal Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin dan sumber lain pada Kamis (18/8/2023), salah satu penyebab utama runtuhnya Kerajaan Kediri berawal dari konflik antara Raja Kertajaya dengan kaum Brahmana. 

Konflik ini timbul dari ambisi Kertajaya untuk dihormati dan disembah seperti dewa oleh para Brahmana Hindu dan Budha di dalam kerajaannya. Penolakan keras dari para Brahmana terhadap ambisi ini membuka lembaran konflik yang akhirnya meruntuhkan fondasi kestabilan Kerajaan Kediri.

Puncak dari konflik ini adalah tindakan Kertajaya yang semakin merajalela, termasuk tindakan buruk terhadap para Brahmana. Penolakan mereka terhadap ambisi Kertajaya menyebabkan ketegangan semakin meningkat. 

Baca Juga: Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 2): Puncak Kejayaan Kerajaan Kediri

Saat para Brahmana memutuskan untuk meninggalkan Kerajaan Kediri dan mencari perlindungan dari Ken Arok di Tumapel, kondisi semakin genting. Kaum Brahmana, yang juga mengecam tindakan Kertajaya, melakukan perjalanan ke Tumapel dengan tujuan membentuk aliansi untuk melawan Kertajaya. 

Ken Arok, yang memiliki tujuan memerdekakan Tumapel, melihat kesempatan ini sebagai peluang untuk mengukuhkan posisinya dan membantu kaum Brahmana. Pada tahun 1222, Ken Arok memproklamirkan kemerdekaan Tumapel dari Kerajaan Kediri. 

Kaum Brahmana memainkan peran penting dalam peristiwa ini dengan menobatkan Ken Arok sebagai raja Tumapel. Kertajaya yang marah atas tindakan ini berusaha menumpas perlawanan, tetapi upayanya gagal.

Serangkaian pertempuran berujung pada penaklukan Kerajaan Kediri oleh Ken Arok dan aliansinya pada tahun 1222. Dengan kekalahan ini, Kerajaan Kediri merosot dan runtuh sebagai kekuatan politik dan pemerintahan yang berdaulat. 

Pada saat yang sama, Tumapel, yang kemudian dikenal sebagai Singasari, muncul sebagai penerus yang kuat dan mengambil alih kendali atas wilayah-wilayah yang sebelumnya berada di bawah Kerajaan Kediri.

Baca Juga: Kesaktian Keris Mpu Gandring (Bag.3): Di Mana Keberadaannya Sekarang?

Faktor internal seperti peperangan internal, ambisi yang meluas, dan kelemahan pemerintahan berkontribusi pada keruntuhan Kerajaan Kediri. Serangan dari luar, seperti serangan oleh Ken Arok dari Tumapel, juga menjadi faktor krusial dalam akhir dari dominasi Kerajaan Kediri. 

Keadaan ekonomi yang terganggu, termasuk krisis pangan, juga menambah beban pada kerajaan yang sudah lemah. Dengan demikian, runtuhnya Kerajaan Kediri memetakan akhir dari sebuah babak sejarah yang pernah menjadi pilar penting di Nusantara.

Era Kerajaan Kediri, yang pernah menyinari kejayaan dan kekuasaan, akhirnya meredup dan memberikan jalan bagi bangkitnya Kerajaan Singasari sebagai penerus dan pewaris warisan kebesaran zaman dulu.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO