Kerajaan Kanjuruhan adalah kerajaan bercorak Hindu-Budha tertua di Jawa Timur. Keberadaan kerajaan ini bisa dikatakan menjadi titik awal bagi kemunculan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha lain di wilayah tersebut.
Meskipun tidak memiliki masa kejayaan yang panjang, Kerajaan Kanjuruhan memiliki beberapa peninggalan yang menjadi bukti eksistensi salah satu dinasti yang cukup bersejarah di Tanah Air.
Berikut beberapa peninggalan Kerajaan Kanjuruhan yang paling banyak diketahui orang-orang, menyadur situs Coin One dan sumber lain pada Rabu (16/8/2023).
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Kanjuruhan: Pembangunan, Masa Keemasan, dan Keruntuhan
Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan
1. Candi Karangbesuki
Candi Karangbesuki, juga dikenal sebagai Candi Gasek, terletak di Dusun Gasek, Desa Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Meskipun tinggal dalam bentuk reruntuhan dengan hanya alas dan pondasinya yang tersisa, candi ini memiliki nilai sejarah yang sangat berharga. C
andi Karangbesuki juga dikenal sebagai Candi Wurung, mengacu pada kondisinya yang tidak lagi utuh. Salah satu nilai penting dari Candi Karangbesuki adalah hubungannya dengan arca Agastya. Arca Agastya, yang dikenal sebagai arca mandala dari candi bercorak Hindu, dulunya terletak di relung luar dinding sisi selatan candi ini.
Arca ini kini disimpan di Museum Mpu Purwa di Kota Malang. Candi Karangbesuki mencerminkan perpaduan seni arsitektur Hindu klasik dengan corak khas Jawa Timur, menjadi bukti konkret keberadaan agama dan kepercayaan pada masa Kerajaan Kanjuruhan.
Baca Juga: Mengenal Raja Gajayana, Raja Terbesar Kerajaan Kanjuruhan
2. Candi Badut
Salah satu peninggalan yang masih tersisa dari Kerajaan Kanjuruhan adalah Candi Badut. Candi ini terletak di Desa Karangbesuki, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Candi Badut, juga dikenal sebagai Candi Liswa, diyakini merupakan salah satu candi tertua di Jawa Timur.
Ditemukan oleh ahli arkeologi pada tahun 1923, candi ini memiliki makna spiritual yang dalam. Candi Badut diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Raja Gajayana, seorang raja yang sangat berjasa dalam sejarah Kerajaan Kanjuruhan. Salah satu ciri khas yang membedakan Candi Badut adalah pahatan kalamakara yang menghiasi ambang pintu candi.
Pahatan ini memiliki ciri khas kalamakara yang tanpa rahang bawah, mirip dengan pahatan yang sering ditemukan pada ambang pintu candi di Jawa Tengah. Meskipun belum ditemukan arca Agastya di dalamnya, Candi Badut diyakini sebagai tempat pemujaan Dewa Syiwa.
3. Prasasti Dinoyo
Prasasti Dinoyo adalah sumber berharga yang membantu kita memahami lebih dalam tentang sejarah dan kehidupan di Kerajaan Kanjuruhan. Prasasti ini terletak di area kampus III Universitas Muhammadiyah Malang. Dengan angka tahun 682 Saka atau 760 Masehi, prasasti ini ditulis dalam huruf Kawi dan bahasa Sanskerta.
Prasasti Dinoyo memberikan informasi tentang asal-usul pusat Kerajaan Kanjuruhan yang terletak di daerah Dinoyo. Kisah raja-raja dan silsilah kerajaan terukir jelas dalam prasasti ini. Salah satu tokoh penting yang terungkap dalam prasasti ini adalah Raja Gajayana.
Dirinya adalah penguasa yang sangat dihormati dan diakui kebijaksanaannya. Prasasti Dinoyo juga mencatat pengabdian Raja Gajayana terhadap Resi Agastya, yang tercermin dalam pembangunan tempat pemujaan untuk sang resi.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan