Menu


Peran Provinsi Jawa Timur dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Peran Provinsi Jawa Timur dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Kredit Foto: Facebook/Surabaya Tempo Dulu

Konten Jatim, Depok -

Setiap tanggal 17 Agustus, masyarakat Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia usai dijajah oleh beberapa negara selama puluhan atau bahkan ratusan tahun. Kemerdekaan Indonesia jatuh pada 17 Agustus 1945.

Namun, perlu dipahami bahwa meskipun Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal tersebut, perjuangan negara ini belumlah usai. Banyak penjajah yang masih mau berusaha merebut wilayah Indonesia dan menjadikan negara ini sebagai negara jajahan.

Baca Juga: Kenapa Sudirman Diangkat Menjadi Jenderal di Usianya Yang Masih Muda?

Dengan demikian, masih banyak pertempuran pasca kemerdekaan yang terjadi di berbagai wilayah, tanda bahwa perjuangan belum berakhir. Indonesia masih harus mempertahankan kemerdekaan melawan para penjajah.

Provinsi Jawa Timur juga memiliki peran dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beberapa pertempuran besar bahkan terjadi di sana.

Peran Provinsi Jawa Timur dalam Mempertahankan Kemerdekaan

Mengutip situs Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Selasa (15/8/2023), seiring dengan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur dikepalai oleh Gubernur R.M. T.A. Surjo, yang tiba di Surabaya pada 12 Oktober 1945 untuk memulai tugasnya. 

Namun, upaya pemerintahan Jawa Timur tidak berjalan mulus karena adanya pergerakan-pergerakan mempertahankan kemerdekaan dan campur tangan pasukan Belanda serta Netherlandsch Indies Civil Administration (NICA) yang mendukung pasukan Sekutu.

Baca Juga: Tugu Pahlawan Surabaya: Simbol Perjuangan dan Keberanian

Ketika pasukan Sekutu mendarat di pantai Surabaya pada September 1945, kegembiraan atas proklamasi kemerdekaan segera berganti menjadi persiapan perang. Pertempuran sengit pecah di kota Surabaya, dan Gubernur Surjo.

Atas saran Tentara Keamanan Rakyat (TKR), memindahkan kedudukan pemerintahan daerah ke Mojokerto dan kemudian ke Kediri untuk menghindari konflik. Meskipun dalam situasi sulit, pemerintahan Jawa Timur terus melakukan pembenahan administrasi pemerintahan sambil terus melibatkan diri dalam pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan.

Peristiwa peperangan di Surabaya ini dikenal dengan sebutan Pertempuran Surabaya. Puncak peperangan terjadi pada 10 November 1945, menghasilkan ribuan korban. Dengan demikian, tanggal 10 November diresmikan menjadi Hari Pahlawan untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam pertempuran tersebut.

Tantangan semakin berat dengan adanya serangkaian aksi militer Belanda. Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melancarkan Aksi Militer I, meskipun mereka masih terikat oleh Perjanjian Linggajati dan perjanjian gencatan senjata. 

Aksi ini menyebabkan ketegangan dan konflik di Jawa Timur. Meskipun demikian, Pemerintah Provinsi Jawa Timur tetap berjuang dan melakukan perpindahan kedudukan guna mempertahankan eksistensinya.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Penandatanganan Perjanjian Renville antara Indonesia Dan Belanda

Belanda terus melancarkan upaya untuk memecah-belah dan mengendalikan wilayah Jawa Timur dengan membentuk negara-negara boneka seperti "Negara Madura" dan "Negara Jawa Timur." 

Pertempuran terus berlanjut, dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur akhirnya harus berpindah ke Blitar karena keamanan di Kota Malang terancam. Pasukan Belanda menyerang dan merebut kota Blitar, memaksa pejabat pemerintah termasuk Gubernur Dr. Moerdjani dan Wakil Gubernur Dul Arnowo untuk bergerilya di lereng Gunung Wilis.

Aksi Militer II yang dimulai pada 19 Desember 1948 melanjutkan perlawanan di Jawa Timur. Gubernur Militer Jawa Timur, Kolonel Sungkono, menugaskan Wakil Gubernur Samadikun untuk melanjutkan perjuangan dari daerah Blitar Selatan (Lodoyo) bersama-sama Bupati Blitar, Darmadi. 

Baca Juga: Mengintip Museum Brawijaya Malang: Perjuangan Militer Indonesia

Perjuangan berlanjut hingga tercapainya Persetujuan Roem Royen pada 7 Mei 1949, yang mengakhiri Aksi Militer II dan mengembalikan kekuasaan kepada Republik Indonesia. Peralihan kekuasaan tersebut menghasilkan pengembalian wilayah-wilayah di Jawa Timur kepada Republik Indonesia. 

Perjuangan keras dan keteguhan hati para pejuang di Jawa Timur berkontribusi besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mengatasi tantangan yang dihadapi pada masa awal kemerdekaan.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024