Setelah masuk ke Indonesia sekitar abad ke-3, ajaran Hindu-Budha perlahan mempengaruhi pola-pikir orang-orang Indonesia di masa itu. Ini berlaku juga bagi sejumlah kerajaan-kerajaan yang kini dikenal dengan istilah kerajaan bercorak Hindu-Budha.
Salah satu kerajaan dengan corak Hindu-Budha paling terkenal adalah Kerajaan Singasari. Kerajaan yang berpusat di Malang, Jawa Timur ini sempat menjadi kerajaan terbesar di Indonesia, bahkan memiliki wilayah kekuasaan di luar Indonesia.
Pada akhirnya, Kerajaan Singasari runtuh karena berbagai masalah yang dihadapinya. Meskipun begitu, terdapat sejumlah peninggalan Kerajaan Singasari yang membuktikan betapa besarnya kerajaan ini di masa lampau. Berikut pembahasannya menyadur beberapa sumber pada Senin (14/8/2023).
Baca Juga: Kisah Kerajaan Singasari (Bag.1): Sejarah Berdirinya Kerajaan Singasari
Peninggalan Kerajaan Singasari
1. Arca Anusapati
Arca Anusapati adalah representasi batu patung paduka Raja Anusapati, Raja Singasari kedua dalam sejarah dan merupakan salah satu koleksi yang diperoleh oleh Hindia Belanda. Saat ini, koleksi ini menjadi bagian dari Museum Tropen di Belanda.
Patung ini diukir dalam batu andesit dengan tinggi 123 sentimeter dan mewakili perwujudan Mahadewa Siwa. Pada awalnya, arca ini seharusnya berada di Candi Kidal di Desa Rejokidal, Kabupaten Malang, sekitar 20 kilometer timur Kota Malang, Jawa Timur.
Baca Juga: Kisah Kerajaan Singasari (Bag.2): Masa Kejayaan Kerajaan Singasari
2. Arca Amoghapasa
Arca Amoghapasa adalah patung batu yang mewakili Paduka Amoghapasa, bentuk Lokeswara, sebagaimana dicatat dalam prasasti Padang Roco. Patung ini diberikan oleh Raja Singasari terakhir, Kertanegara, kepada raja Melayu, Tribhuwanaraja di Dharmasraya, pada tahun 1208 Saka atau 1286 Masehi.
Patung ini mengandung prasasti Padang Roco yang mencatat tanggal pengiriman patung pada 22 Agustus 1286. Di bagian belakang patung, terdapat prasasti Amoghapasa yang berasal dari tahun 1346 Masehi.
3.Candi Sumberawan
Candi Sumberawan adalah candi unik berbentuk stupa yang terletak di Desa Toyomarto, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Singhasari dan digunakan oleh komunitas Buddha pada masanya.
4. Candi Singasari
Candi Singasari, sebuah situs warisan sejarah, merupakan candi Hindu-Budha yang berlokasi di Kelurahan Candirenggo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini terletak sekitar 10 km dari Kota Malang dan menjadi tempat persembahan untuk Raja Kertanegara, yang wafat pada 1292.
Pembangunan Candi Singasari melibatkan tumpukan batu andesit yang diukir dan disusun secara bertingkat. Cara pembuatan candi ini melibatkan pengukiran dari atas ke bawah, menciptakan struktur yang unik dan estetis.
Baca Juga: Kisah Kerajaan Singasari (Bag.3): Runtuhnya Kerajaan Singasari
5. Candi Kidal
Candi Kidal adalah salah satu candi yang merupakan warisan dari Kerajaan Singasari dan didirikan sebagai penghormatan terhadap Raja Anusapati yang memerintah dari tahun 1227 hingga 1248. Candi ini memiliki nilai sejarah dan kultural yang signifikan.
Candi Kidal mencerminkan arsitektur khas Jawa Timuran dan mengalami pemugaran pada tahun 1990. Candi ini juga mencatat legenda Garudeya, sebuah cerita mitologis Hindu yang menyampaikan pesan moral tentang pembebasan dari perbudakan.
6. Prasasti Mula Malurung
Prasasti Mula Malurung adalah piagam yang menganugerahkan desa Mula dan Malurung kepada Pranaraja. Prasasti ini dikeluarkan oleh Kertanegara pada tahun 1255 saat masih menjadi raja muda di Kediri, atas perintah dari ayahnya, Wisnuwardhana, yang merupakan raja Singasari.
Lempengan-lempengan prasasti ini ditemukan pada waktu yang berbeda, dengan sepuluh lempengan ditemukan tahun 1975 dan tiga lempengan lainnya ditemukan pada tahun 2001. Saat ini, keseluruhan lempengan prasasti disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
Baca Juga: Kisah Kerajaan Singasari (Bag. 4): Raja Kertanegara, Raja Terbesar Kerajaan Singasari
7. Prasasti Padang Roco
Prasasti Padang Roco ditemukan pada tahun 1911 di lokasi percandian Padang Roco, yang terletak di hulu sungai Batanghari, di nagari Siguntur, kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Prasasti ini berbentuk lapik (alas) yang mengelilingi arca Amoghapāśa pada keempat sisinya.
Di lapik tersebut terdapat manuskrip yang ditemukan pada tahun 1911. Tulisan pada prasasti ini menggunakan aksara Kawi dan menggunakan dua bahasa, yaitu Melayu Kuno dan Sanskerta. Prasasti Padang Roco saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024