Menu


Kisah Kerajaan Majapahit (Bag. 3): Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Kisah Kerajaan Majapahit (Bag. 3): Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Kredit Foto: Istimewa

Konten Jatim, Depok -

Di masanya, Kerajaan Majapahit adalah kerajaan terbesar di Indonesia, memiliki pengaruh sampai negara-negara lain seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam. Majapahit menjadi kerajaan yang kuat secara ekonomi, militer, sampai seni dan budaya.

Kepemimpinan Raja Hayam Wuruk, didampingi dengan Patih Gajah Mada serta bimbingan Ratu Tribhuwanatunggadewi membuat kerajaan ini amat disegani. Tidak ada yang berani menentang mereka atau mencari-cari masalah.

Baca Juga: Kisah Kerajaan Majapahit (Bag. 1): Sejarah Terbentuknya Kerajaan Majapahit

Namun, pada akhirnya ada masa di mana sebuah kerajaan mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh. Keruntuhan Kerajaan Majapahit ini terjadi secara perlahan, namun pasti hingga akhirnya hanya tersisa peninggalan-peninggalannya.

Mengutip situs Universitas Islam An-Nur Lampung dan sumber lain pada Jumat (11/8/2023), sejumlah faktor kompleks berkontribusi pada keruntuhan Kerajaan Majapahit, dan peristiwa-peristiwa ini terkumpul dan membentuk lanskap perubahan yang tak terhindarkan. Berikut faktor-faktor yang dimaksud:

Keruntuhan Kerajaan Majapahit

1. Perang Saudara dan Perebutan Tahta

Pada akhir masa pemerintahan Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit dihantui oleh konflik perebutan tahta. Setelah kematian Hayam Wuruk pada tahun 1389, perebutan takhta terjadi antara putri mahkota Kusumawardhani dan suaminya, pangeran Wikramawardhana, serta putra Hayam Wuruk dari selirnya, Wirabhumi. 

Perang saudara ini, dikenal sebagai Perang Paregreg, melemahkan kendali Majapahit atas wilayah-wilayah di luar Jawa, mengganggu stabilitas internal, dan menguras sumber daya.

Baca Juga: Kisah Kerajaan Majapahit (Bag. 2): Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit

2. Masuknya Agama Islam dan Pengaruh Asing

Kedatangan Laksamana Cheng Ho, seorang jenderal Muslim dari Tiongkok, ke pantai utara Jawa membawa pengaruh agama Islam dan budaya baru. Komunitas Muslim Tiongkok dan Arab mulai tumbuh di beberapa pelabuhan penting, yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat Majapahit. 

Selain itu, kesultanan-kesultanan baru seperti Kesultanan Malaka dan Kesultanan Demak mulai muncul, mengancam dominasi Majapahit dan menyebabkan berkurangnya pengaruhnya.

3. Kekacauan Pemerintahan dan Kelemahan Struktural

Setelah berakhirnya masa pemerintahan Hayam Wuruk, tidak ada pemimpin yang mampu mengisi kekosongan kekuasaan dengan kemampuan yang setara. Struktur pemerintahan yang longgar dan memberikan banyak otonomi pada daerah-daerah taklukan. 

Kebijakan ini akhirnya membuat wilayah-wilayah tersebut semakin cenderung melepaskan diri. Kekacauan pemerintahan dan ketidakstabilan internal juga melemahkan daya tahan Majapahit terhadap tekanan eksternal.

4. Perubahan Geopolitik dan Penaklukan Demak

Pada abad ke-16, berbagai kekuatan baru muncul di Nusantara. Kesultanan Demak, yang menjadi pusat islamisasi, semakin menguat dan memperluas pengaruhnya. Runtuhnya Kerajaan Malaka di bawah serbuan Portugis pada tahun 1511 juga berdampak terhadap dinamika politik dan perdagangan di wilayah tersebut. 

Pada tahun 1527, Demak menghancurkan ibukota Majapahit, menandai akhir dari Kerajaan Majapahit dan naiknya Kesultanan Demak sebagai kekuatan utama di Jawa.

Akhir yang Mengawali Awal Baru

Keruntuhan Kerajaan Majapahit tidak hanya merupakan akhir dari sebuah masa kejayaan, tetapi juga mengawali perkembangan baru dalam sejarah Nusantara. Runtuhnya Kerajaan Majapahit mengakhiri dominasi Hindu-Budha.

Tetapi, ini juga membuka jalan bagi perkembangan Islam dan pembentukan kesultanan-kesultanan Islam di wilayah ini. Demak dan kesultanan-kesultanan Islam lainnya muncul sebagai kekuatan baru, mengubah lanskap politik, agama, dan budaya di Nusantara secara mendalam.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024