Ada salah satu kuliner legendaris yang begitu disukai oleh warga Surabaya dan sekitarnya, lontong balap namanya. Menu ini berisikan lontong, taoge rebus, tahu goreng yang dipotong-potong letho dan kuah lontong dengan bumbu petis.
Lentho adalah sejenis perkedel dari kacang yang digoreng kering dan dibuat dengan cetakan kepalan tangan. Lontong balap paling nikmat dinikmati saat makan siang dan sore serta dihidangkan dengan sate kerang dan kerupuk.
Baca Juga: Mengenal Lorjuk, Kuliner Kerang Unik yang Hanya Ada di Madura
Sangat mudah untuk menemukan lontong balap di Surabaya. Lontong balap dapat dijumpai di berbagai titik di Kota Surabaya, seperti di Jalan Kranggan, di daerah Wonokromo, dan sentra Kuliner yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya. Biasanya seporsi lontong balap ditaksir dengan harga Rp10.000 hingga Rp12.000 per porsinya.
Sejarah Lontong Balapan
Dari namanya saja, mungkin banyak orang mempertanyakan dari mana asal nama tersebut. Pertama-tama, perlu diketahui bahwa lontong balap sudah ada sejak 1913.
Terkait nama, banyak versi kisahnya salahnya yang dikutip dari buku Etnografi Kuliner: Makanan dan Identitas Nasional. Awal mula nama lontong balap karena adanya balapan antara sesama penjual di Pasar Wonokromo untuk berebut pembeli. Penjual lontong balap dulu menjual dagangannya dengan menggunakan wadah bernama kemaron yang terbuat dari tanah liat.
Kemaron cukup berat ketika dipikul, sementara para penjual lontong balap kebanyakan berasal dari wilayah Surabaya Selatan yang jaraknya kurang lebih 5 km dari Pasar Wonokromo. Beratnya kemaron membuat para penjual berjalan cepat hingga akhirnya terkesan berpacu atau balapan.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan