Peneliti LSI Denny JA Hanggoro Doso Pamungkas menyebut bahwa keputusan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk mendekat dengan Prabowo Subianto sebenarnya bukan hal baru. Sejak mendeklarasikan dukungan pencapresan Ganjar, PSI tidak dianggap sama sekali.
Hanggoro melanjutkan, semua pihak yang mengikuti pemilu pastinya ingin menang. Jika tidak bisa menang, setidaknya segerbong bersama para pemenang.
Baca Juga: PSI Mulai Dekat dengan Prabowo, Pengamat: Bukan Langkah Baru
Oleh sebab itu, kemungkinan ada hitung-hitungannya sendiri dari PSI hingga akhirnya melihat ada harapan kemenangan dari seorang Prabowo. Bahkan secara survei, Prabowo unggul di banyak lembaga survei.
"Langkah pragmatis PSI ini dalam konteks elektoral pemenang capres, mungkin sesuai survei saat ini bahwa dukungan publik ke Prabowo menguat dibandingkan ke Ganjar. Ini dari PSI ambil pilihan ke Prabowo," jelas Hanggoro, mengutip video yang diunggah di kanal YouTube CNN Indonesia, Jumat (4/8/2023).
Soal alasan PSI karena hubungannya dengan PDIP kurang harmonis, menurut Hanggoro alasan tersebut bukan satu-satunya. Hanggoro menekankan bahwa PSI ingin naik ke gerbong pemenang.
"Saya rasa para partai punya data riset masing-masing dan ini bagian dari itu. Langkah ini tidak lepas dari realita saat ini," tambah Hanggoro.
Di sisi lain, perubahan-perubahan dukungan yang dilakukan PSI menimbulkan kesan inkonsistensi. Sebelumnya diketahui Giring Ganesha pernah mengutarakan niatnya untuk menjadi capres. Hingga kemudian berganti mendukung Ganjar dan sekarang Prabowo.
"Tapi mungkin memang memori pergantian ini akan berubah, dia yang didukung akan menang, seketika diiyakan oleh publik," tukasnya.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO