Menu


Polemik Bencana Kekeringan di Papua: Kenapa Bisa Separah Itu?

Polemik Bencana Kekeringan di Papua: Kenapa Bisa Separah Itu?

Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya

Konten Jatim, Depok -

Setiap tahun, Indonesia selalu berada di dalam situasi musim kemarau, khususnya memasuki pertengahan sampai akhir tahun. Hal ini tidak lepas dari fakta bahwa lokasi Indonesia yang berada di wilayah ekuatorial.

Memasuki bulan Juni sejumlah wilayah di Indonesia mengalami kondisi kekeringan. Namun, salah satu yang disorot adalah kekeringan di Papua. Wilayah Timur Indonesia ini disebutkan mengalami kekeringan yang sangat parah.

Bencana kekeringan di Papua ini juga sampai menyebabkan korban jiwa, sampai pemerintah pusat harus segera turun tangan dalam menghadapinya.

Bencana Kekeringan di Papua

Penyebab

Mengutip Republika pada Kamis, disebutkan kalau penyebab kekeringan di Papua pada tahun 2023 adalah fenomena iklim El Nino yang mempengaruhi musim kemarau menjadi lebih kering dan berkepanjangan. 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa musim kemarau tahun tersebut lebih kering daripada tiga tahun sebelumnya karena berbarengan dengan aktivitas fenomena El Nino. 

Namun, BMKG belum dapat menyimpulkan apakah musim kemarau berkepanjangan ini secara langsung terkait dengan perubahan iklim. Lebih lanjut, BMKG mengingatkan pemerintah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk mengantisipasi dampak dari fenomena El Nino, karena diprediksi bahwa fenomena ini masih akan aktif hingga akhir tahun 2023.

Dampak

Sebagai informasi, beberapa wilayah di Papua seperti Kabupaten Puncak, Papua Tengah tidak hanya menghadapi situasi kekeringan saja. Mereka juga harus berhadapan dengan cuaca dingin ekstrem, membuat situasi mereka memburuk.

Akibatnya, kekeringan ini menyebabkan gagal panen, mengakibatkan kesulitan warga dalam mendapatkan bahan makanan sejak 3 Juni 2023. Warga juga merasakan kesulitan dalam mendapatkan air bersih, yang berdampak pada kesehatan dan kehidupan sehari-hari.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kalau setidaknya enam orang meninggal dunia akibat kekeringan. Lima orang dewasa dan seorang bayi dilaporkan meninggal dunia karena diduga menderita diare dan dehidrasi.

Sementara itu, laporan dari Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Puncak menunjukkan bahwa sekitar 7.500 jiwa terdampak oleh bencana kekeringan ini.

Bantuan Pemerintah

Kementerian Sosial (Kemensos) disebutkan telah memberikan bantuan kepada warga yang terdampak kekeringan di Papua. Bantuan tersebut berupa makanan, pakaian, tenda, dan selimut. 

Proses pendistribusian bantuan dilakukan secara bertahap, dan bantuan logistik seberat total 17,1 ton telah dikirim melalui helikopter TNI Angkatan Udara dan pesawat sewaan ke Lapangan Terbang Sinak di Kabupaten Puncak.

Pengiriman bantuan dimulai pada 26 Juli 2023, dan mencakup berbagai jenis bantuan seperti makanan siap saji, makanan anak, lauk pauk siap saji, tenda gulung, sarden, kornet, sosis, abon sapi, biskuit, pakaian anak, pakaian orang dewasa, celana orang dewasa, dan selimut. 

Total 4.000 paket makanan siap saji, 4.000 paket makanan anak, dan 2.000 paket lauk pauk siap saji, serta 500 lembar tenda gulung, 25 dus sarden, 32 dus kornet, 83 dus sosis, 15 dus abon sapi, dan 18 dus biskuit telah diberikan.

Solusi Jangka Panjang

Dikatakan bahwa solusi alternatif yang diusulkan untuk mengatasi kekeringan di Papua adalah pembangunan lumbung pangan di Distrik Agandugume, dekat bandara. Lumbung pangan ini bertujuan untuk menyimpan persediaan makanan bagi penduduk selama musim kemarau.

Dengan demikian, stok bahan pangan dapat dipersiapkan sebelum masuk bulan Mei dengan dukungan dari BNPB dan Kemensos. Solusi ini diperoleh dari diskusi antara Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Kepala BNPB Suharyanto, Bupati Kabupaten Puncak Willem Wandik, dan Pangdam Cenderawasih.

Rencana pembangunan lumbung pangan ini akan dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo dan akan dilakukan kajian lebih cermat untuk menjadi bagian dari antisipasi permanen dalam menghadapi fenomena periodik di wilayah tersebut.

Kendati ada solusi alternatif, masih ada beberapa kendala yang harus diatasi, seperti keterbatasan pengangkutan logistik akibat medan yang sulit dan kendala cuaca. Namun, Bupati Puncak telah memberikan jaminan keamanan untuk membantu kelancaran pengiriman bantuan logistik dari pemerintah. 

Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan