Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto mengatakan dirinya sudah bertemu dengan Budiman Sudjatmiko.
Dalam pertemuan tersebut, ia mengungkapkan loyalitas Budiman kepada partai berlambang banteng moncong putih itu.
"Saya sudah bertemu dengan Pak Budiman Sudjatmiko. Kami melakukan suatu dialog yang panjang, meskipun ada berbagai bentuk-bentuk penawaran, tetapi mereka menyatakan bahwa merah adalah merah sebagai bentuk loyalitas," ujar Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis (27/7/2023).
Loyalitas kepada PDIP juga ada pada Gibran Rakabuming Raka dan Effendi Simbolon. Meskipun ketiga orang tersebut diketahui telah bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
"Sehingga tidak ada suatu proses perpindahan, bahkan dari hasil survei terakhir menunjukan PDI Perjuangan memang sangat solid. Sebagaimana kami solid ketika memperjuangkan Pak Jokowi dari mulai wali kota, gubernur, menjadi presiden dua kali itu menunjukan soliditas dari partai yang sangat kuat," ujar Hasto.
Sebelumnya, Budiman bertemu secara tertutup dengan Prabowo di kediamannya. Dalam pertemuan sekitar dua jam itu, ia dan Prabowo salah satunya membahas perbedaan posisi saat menjelang Reformasi 1998.
Budiman mengakui, pada masa itu dirinya sebagai aktivis dan Prabowo sebagai tentara berada pada situasi saling berhadap-hadapan. Dia dan Prabowo sama-sama memertaruhkan nyawa, kehormatan, dan cita-cita ketika itu.
"Saya mantan aktivis, Pak Prabowo mantan tentara elite. Kita pernah berhadapan," kata Budiman saat konferensi pers bersama Prabowo.
Jelang Reformasi 1998, Budiman yang merupakan ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD), organisasi yang militan berupaya melengserkan Presiden Soeharto. Sedangkan Prabowo ketika itu adalah Danjen Kopassus sekaligus menantu Soeharto.
Salah satu catatan merah pada masa itu adalah aksi Tim Mawar Kopassus menculik aktivis-aktivis penentang Soeharto, termasuk eksponen PRD. Sejarah kelam ini terus diungkit-ungkit oleh sejumlah pihak setiap Prabowo maju sebagai calon presiden.
Budiman mengatakan, dirinya dan Prabowo membahas perseteruan jelang Reformasi 1998 itu sebagai kenangan masa lalu. Di tengah situasi Indonesia yang kini semakin membaik dan keduanya sudah berusia matang, Budiman ingin fokus memikirkan masa depan bangsa.
Baca Juga: Anak Buah Megawati Sebut Budiman Sudjatmiko 'Salah Minum Obat' Gegara Temui Prabowo Subianto
"Kita berutang kepada masa depan, bukan berutang kepada masa lalu," ujarnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024