Menu


Kecewa Budiman Sudjatmiko Dukung Prabowo, Mantan Aktivis PRD: Dia Jadi Bagian Gerakan yang Ingin Lupakan Sejarah

Kecewa Budiman Sudjatmiko Dukung Prabowo, Mantan Aktivis PRD: Dia Jadi Bagian Gerakan yang Ingin Lupakan Sejarah

Kredit Foto: Instagram/Partai Gerindra

Konten Jatim, Jakarta -

Mantan Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Demokratik (PRD) Petrus Hariyanto kecewa dengan mantan Ketua Umum PRD Budiman Sudjatmiko yang mendukung Prabowo Subianto dalam gelaran Pilpres 2024.

Menurut dia, Budiman mengkhianati perjuangan kawan-kawannya yang ingin kasus penculikan aktivis reformasi yang dilakukan Tim Mawar Kopassus, yang ketika itu dipimpin Prabowo, diusut tuntas.

Baca Juga: Soal Effendi Simbolon dan Budiman Sudjatmiko, Pengamat Pertanyakan Soliditas PDIP Dukung Ganjar

"Apa yang dilakukan oleh kawan kami, Budiman Sudjatmiko, sungguh langkah yang membuat kami kecewa karena dia menjadi bagian dari gerakan yang ingin melupakan sejarah masa lalu. Impunitas akan terus langgeng," kata Petrus lewat rekaman video yang ditampilkan dalam acara diskusi publik yang digelar Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI), mengutip Republika, Kamis (27/7/2023).

Petrus menuturkan, dia dan mantan aktivis PRD lainya ingin berbagai kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi menjelang reformasi 1998 diusut tuntas dan pelakunya dihukum. Termasuk kasus penculikan yang menimpa aktivis mahasiswa yang tergabung di PRD. Apalagi, masih ada rekannya yang belum ditemukan sampai sekarang.

Menurut Petrus, penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat itu adalah utang generasinya untuk masa depan. Apabila kasus-kasus tersebut tidak diselesaikan, maka kejadian serupa akan terulang kembali pada masa yang akan datang.

Dalam kesempatan itu, Petrus juga mengaku sedih melihat Prabowo masih bisa berkontestasi dalam gelaran pilpres dan menjadi menteri pertahanan. Padahal, kata dia, Prabowo dipecat dari TNI karena kasus penculikan aktivis. Menurut Petrus, kenyataan tersebut menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sangat permisif terhadap para pelaku pelanggaran HAM.

"Hari ini dia (Prabowo) punya potensi jadi presiden. Kami sedih, sangat sedih dan tentunya kami ingin menyumbangkan tenaga bahwa ini tidak boleh dibiarkan, harus ada proses perlawanan," kata pria yang pernah dipenjarakan oleh Orde Baru karena dituding menjadi dalang peristiwa Kudatuli 1996 itu.

Sebelumnya, tepatnya pada Selasa 18 Juli 2023 malam, Budiman Sudjatmiko mengunjungi kediaman Prabowo di di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Keduanya menggelar pertemuan tertutup selama dua jam, yang disertai acara nyanyi bareng dan makan malam.

Kepada awak media, Budiman mengatakan bahwa salah satu topik dalam pertemuan itu adalah soal masa lalunya dengan Prabowo. Budiman mengakui, dirinya dan Prabowo dulu jelang dan sepanjang 1998 berada di posisi saling berhadap-hadapan. Prabowo mengakui pula hal tersebut.

"Saya mantan aktivis, Pak Prabowo mantan tentara elite. Kita pernah berhadapan. Dulu pernah," kata Budiman tanpa menuntaskan kalimatnya.

Budiman mengatakan hal itu sembari tertawa menghadap ke arah Prabowo yang berdiri di sampingnya. Prabowo merespons dengan tersenyum kecut.

Budiman melanjutkan, meski berseberangan, dirinya dan Prabowo ketika itu sama-sama mempertaruhkan nyawa, kehormatan, dan cita-cita masing-masing.

Dia mengaku mengenang perseteruannya dengan Prabowo itu sebagai masa lalu karena kini kondisi bangsa sudah lebih baik dibanding era Orde Baru, dan mereka sudah sama-sama dewasa untuk memahami perbedaan.

Alih-alih terjebak dengan masa lalu, Budiman mengaku ingin fokus memikirkan masa depan bangsa bersama Prabowo. "Kita berutang kepada masa depan, bukan berutang kepada masa lalu," kata aktivis reformasi yang kini menjadi politisi PDIP itu.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Republika.