Menu


Pengertian Durhaka dalam Agama Islam: Etimologi, Hukum dan Jenisnya

Pengertian Durhaka dalam Agama Islam: Etimologi, Hukum dan Jenisnya

Kredit Foto: iStock/Romolo Tavani

Konten Jatim, Depok -

Sesama Muslim harus selalu berbuat baik dan menyayangi. Sebaliknya, perbuatan-perbuatan negatif yang bisa merenggangkan hubungan atau bahkan melukai fisik maupun perasaan orang lain tidak boleh dilakukan.

Allah SWT mengecam perbuatan-perbuatan tersebut. Dirinya selalu menekankan dalam berbagai kesempatan agar menjauhi perilaku jahat terhadap sesama Muslim, mulai dari di lingkungan terdekat sampai yang paling jauh sekalipun.

Salah satu perbuatan negatif yang dimaksud di sini adalah perbuatan durhaka. Berikut pengertian durhaka yang lebih mendetail, dikutip dari situs Dunia Pesantren dan sumber lain pada Kamis (27/7/2023).

Baca Juga: Mutiara Nasihat Syekh Ali Jaber: Anak yang Durhaka Terhadap Orang Tua Terjamin Su’ul Khotimah

Pengertian Durhaka

Durhaka dalam Agama Islam merupakan segala bentuk perilaku yang menunjukkan ketidaktaatan terhadap seseorang yang didurhakai. Hal ini dapat terjadi dalam bentuk perselisihan atau tindakan yang menyakiti hati orang yang didurhakai. 

Dalam Bahasa Arab, durhaka disebut sebagai uquq yang berarti durhaka kepada orang tua atau kedua orang tua (walidain) dan juga kepada ibu (ummahat). Hukumnya sudah jelas, yakni haram dan tidak diizinkan dalam Agama Islam.

Dijelaskan kalau durhaka menjadi tindakan yang nyata dan terlihat ketika perilaku tersebut sudah dilakukan dan ditunjukkan dengan ucapan, sikap, atau perilaku yang sampai merugikan orang yang didurhakai. 

Baca Juga: Nasihat Ustadz Abdul Somad: Nabi Ibrahim Tidak Durhaka kepada Ayahnya Penyembah Berhala

Namun, jika perselisihan tersebut hanya ada di dalam hati tanpa diungkapkan atau dilakukan, maka durhaka itu masih dapat dimaklumi. 

Secara prinsip, hukum durhaka adalah haram dan tidak boleh dilakukan. Meskipun ada kasus-kasus tertentu yang membuat hukum tersebut bisa berubah menjadi boleh, namun tetap saja, sikap durhaka harus dihindari dan harus dilakukan dengan cara yang paling tidak menyakiti. 

Jenis-Jenis Durhaka

Durhaka tidak hanya terjadi terhadap orang tua atau ibu, tetapi juga bisa terjadi terhadap suami, anak, bahkan Allah SWT, dan Rasulullah SAW. Berikut pemaparan lebih lengkapnya:

1. Durhaka Kepada Allah SWT

Durhaka kepada Allah SWT terjadi ketika seseorang tidak taat kepada-Nya, melaksanakan maksiat, dan berbuat syirik. Keimanan yang kuat menjadi kunci agar seseorang terhindar dari durhaka kepada Allah, karena semakin kuat iman seseorang, semakin taat dia kepada Allah.

Baca Juga: Nasihat Ustadz Abdul Somad: Durhaka kepada Orang Tua adalah Dosa yang Tak Terampuni

2. Durhaka Kepada Rasulullah SAW

Durhaka kepada Rasulullah SAW terjadi ketika seseorang tidak mengindahkan nasihat dan perintah dari Beliau. Bentuknya tidak hanya menyakiti secara fisik, tetapi juga dapat mencelanya atau merendahkan keluarganya.

3. Durhaka Kepada Orang Tua

Durhaka juga dapat terjadi terhadap orang tua, khususnya dalam komunikasi dan berdebat. Meskipun berdebat dengan orang tua tidak bisa dihindari, namun kesadaran untuk tetap berbicara dengan sopan dan tidak menyakiti hati orang tua harus selalu dijaga. 

4. Durhaka Kepada Anak

Selain itu, orang tua juga bisa bertindak durhaka terhadap anak. Orang tua yang menelantarkan kondisi anak, bahkan menyiksa secara fisik atau verbal adalah salah satu perbuatan durhaka. Orang tua juga punya kewajiban untuk menjaga dan menyayangi anak mereka sendiri.

Baca Juga: Qarun, Sepupu Nabi Musa yang Dibuat Supertajir Tapi Superdurhaka Kepada Allah

5. Durhaka Kepada Suami

Bagi perempuan yang sudah menikah, kewajiban taat kepada suami menjadi penting. Seseorang harus memahami hak dan kewajibannya sebagai seorang istri agar tidak berlaku durhaka kepada suami. Mengetahui hak dan kewajiban akan membantu seseorang menimbang sikap yang akan diambilnya dalam berumah tangga.