Partai Golkar disebut-sebut tengah galau menghadapi Pilpres 2024. Pihak Golkar sendiri memastikan bahwa akan mengusung Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai bakal calon presiden (bacapres) untuk Plpres 2024.
Selain itu, Golkar memiliki koalisi yaitu Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Namun PPP kini merapat ke PDI Perjuangan (PDIP) untuk mendukung Ganjar Pranowo yang diusung sebagai bacapres.
Baca Juga: Airlangga dan Ganjar Bertemu, Begini Tanggapan PDIP
Di sisi lain, Airlangga juga didorong untuk membentuk poros keempat, namun hingga kini keputusan ini juga tidak dibuat. Hal ini yang membuat banyak pihak menilai Partai Golkar sedang galau.
Pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menanggapi anggapan tersebut. Menurutnya, saat ini Golkar hanya butuh koalisi dan belum bisa mengusung Airlangga sebagai bacapres.
"Ini Golkar galau bang? Saya pikir bisa saja publik atau media persepsikan seperti itu karena belum definitif seperti Ganjar Pranowo, Prabowo, Anies. Golkar saya lihat belum karena masih butuh koalisi, mereka belum bisa mengusung kandidat tersebut (Airlangga)," kata Emrus Sihombing, mengutip video yang diunggah di kanal YouTube Zulfan Lindan Unpacking Indonesia, Selasa (18/7/2023).
Menurut Emrus, bisa saja Golkar membuat poros keempat, katakanlah berkoalisi dengan PAN. Namun ia tidak menampik kemungkinan kecil untuk menang.
Baca Juga: Kejagung Ungkap Alasan Baru Panggil Menko Airlangga Terkait Kasus Korupsi Minyak Goreng
Hal tersebut dikarenakan respons masyarakat lebih besar kepada Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan dibandingkan terhadap Airlangga.
"Saya kira, menurut analisis saya, kalau dia jadi capres yang diusung bergabung dengan katakanlah PAN, bisa saja. Tetapi kalau kakulasi politiknya, peluang menang tipis karena tiga kandidat ini secara respons publik lebih kental dibanding Airlangga," pungkasnya.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO