Bakal calon presiden (bacapres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan lebih banyak memanjatkan doa-doa di acara Apel Siaga Perubahan Partai NasDem yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Minggu (16/7/2023).
Menurut pengamat politik dari Universitas Bakrie, Muhammad Tri Andika, orasi berbalut doa yang dilakukan Anies itu penting agar tak menciptakan multitafsir untuk pihak-pihak tertentu.
Sebab apabila pidato dengan cara yang seperti biasanya, hal itu cenderung menjadi multitafsir bahwa pidato tersebut seolah-olah jadi sindiran untuk pihak-pihak tertentu.
"Kemasan doa ini juga penting, karena tidak multitafsir. Kadang-kadang kalau orang berpidato itu 'Ini ditujukan kepada siapa ya, kepada menteri, presiden atau siapa', tapi kalau doa sudah jelas kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi harus dikemas dengan kemasan dengan proteksi high protection," kata Muhammad Tri Andika seperti dilihat dari kanal YouTube tvOneNews, dikutip Senin (17/7/2023).
Tri Andika juga menilai bahwa substansi-substansi perubahan yang dibawa Anies itu tetap ada, tetapi dibalut dalam doa.
"(Pidato Anies) 33 persen orasi, 50 persennya doa. Orasinya hanya 8-10 menit sementara doanya itu bisa 13-15 menit. Agak berbeda dengan pidato-pidato sebelumnya," ucapnya.
"Tetapi meskipun kemasannya doa, namun kalau kita lihat substantifnya, itu tetap semangat perubahan," sambungnya.
Melalui doa yang dipanjatkan, eks Gubernur DKI Jakarta itu sempat menyinggung soal lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat.
"Menariknya, kritikan-kritikan yang sifatnya membumi, program-program, itu ada di bagian doa. Misalnya mudahkanlah lapangan pekerjaan, tingkatkanlah gaji dan rezeki, nah kata ekonomi tidak digunakan," ucap Tri Andika.
"Artinya memang secara substantif, kritikan itu tetap hadir di situ namun dalam kemasan doa," tambahnya.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO