Menu


Sejarah Hari Ini: Kematian Hoegeng Iman Santoso, Polisi Paling Jujur

Sejarah Hari Ini: Kematian Hoegeng Iman Santoso, Polisi Paling Jujur

Kredit Foto: Istimewa

Konten Jatim, Depok -

Sejarah hari ini, tepatnya pada tanggal 14 Juli, merupakan tanggal di mana Indonesia kehilangan sosok perwira kepolisian yang dikenal akan kejujuran dan ketegasannya. Sosok tersebut adalah Hoegeng Iman Santoso.

Selama berkarir di kepolisian, Hoegeng mempunyai wibawa dan sangat disegani oleh rekan dan masyarakat. Nama Hoegeng akan selalu diabadikan sebagai salah satu polisi yang patut dijadikan sebagai model panutan dalam bertugas.

Baca Juga: Jenderal Hoegeng Mungkin Lagi Nangis di Akhirat! Inilah 9 Barang Mewah yang Dipakai Para Polisi di Kasus Kematian Yosua

Sosok Hoegeng Iman Santoso

Dikutip dari beberapa sumber pada Jumat (14/7/2023), Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso adalah tokoh kepolisian Indonesia yang menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5. 

Lahir di Pekalongan pada 14 Oktober 1921, Hoegeng memiliki keinginan menjadi polisi sejak kecil, dipengaruhi oleh teman ayahnya yang menjadi kepala kepolisian. Hoegeng menjalani pendidikan di berbagai sekolah di Jawa, termasuk Akademi Kepolisian di Mertoyudan, Magelang.

Setelah pendudukan Jepang, Hoegeng bekerja sebagai polisi dan terlibat dalam berbagai tugas kepolisian di Semarang dan sekitarnya. Setelah kemerdekaan Indonesia, ia bergabung dengan Kepolisian Negara dan menjabat dalam berbagai posisi penting, termasuk Kepala Dinas Pengawasan Keamanan Negara di Surabaya dan Kepala Bagian Reserse Kriminal di Medan.

Baca Juga: Survei Terbaru Tunjukkan TNI Lebih Dipercaya Publik Dibandingkan Polisi dan Presiden

Ketika menjadi polisi, Hoegeng dikenal atas kejujurannya. Dirinya sangat sulit untuk “disogok” atau “dibeli” oleh orang-orang seperti pengusaha atau pejabat. Hoegeng juga selalu bersedia mengayomi masyarakat terlepas latar belakang mereka dan berusaha bersikap adil.

Tahun 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara, jabatan yang kemudian berubah menjadi Kapolri, menggantikan Soetjipto Joedodihardjo. Selama masa jabatannya, Hoegeng melakukan reformasi dalam struktur organisasi di Mabes Polri, yang membuatnya terlihat lebih dinamis dan komunikatif. 

Di bawah kepemimpinannya, Polri juga aktif dalam kerjasama polisi internasional dengan Interpol, ditandai dengan pembukaan Sekretariat NCB Interpol di Jakarta. Meskipun menjadi Kapolri, Hoegeng tidak kehilangan sentuhan humanisnya.

Di samping tugasnya sebagai polisi, Hoegeng juga memiliki minat dan bakat di bidang musik. Ia terkenal dengan kelompok pemusik Hawaii bernama The Hawaiian Seniors, di mana ia ikut menyanyi dan memainkan ukulele. Namun, kegiatan musiknya sempat dicekal oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo dengan alasan tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. 

Setelah pensiun dari kepolisian, Hoegeng lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkebun dan melukis. Gaya lukisannya cenderung naturalis, dengan fokus pada potret manusia, pemandangan, dan bunga.

Baca Juga: Jadi Sindiran Puan Maharani di Peringatan Hari Bhayangkara Ke-77, Berikut Daftar Kasus 'Viral Dulu Baru Diusut Polisi'

Kematian Hoegeng

Hoegeng wafat di Jakarta pada tanggal 14 Juli 2004 dalam usia 82 tahun. Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Bukan Umum (TPBU) Giri Tama, Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kematian Hoegeng ini menyisakan duka bagi banyak masyarakat Indonesia.

Warisan dan pengabdiannya sebagai seorang polisi yang berani, jujur, dan dedikatif tetap dikenang oleh masyarakat Indonesia. Bahkan, sampai ada sebutan menarik soal Hoegeng dari mantan Presiden Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Baca Juga: HUT Bhayangkara Ke-77, Puan Harap Polri Lebih Sigap Tindak Kasus Tanpa Menunggu Viral

Gus Dur berani menyebut kalau hanya ada 3 polisi jujur di negara ini. Mereka adalah polisi tidur, patung polisi dan Hoegeng. Dan sisanya merupakan polisi korup yang tidak jujur.

Ini mencerminkan keadaan kepolisian di Indonesia. Dari masa ke masa, rasanya sulit sekali menemukan polisi jujur layaknya Hoegeng. Semakin hari, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian pun memudar, bentuk ketidakjujuran mereka terhadap warganya.

Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya, nama Hoegeng diabadikan sebagai beberapa bangunan seperti nama Rumah Sakit Bhayangkara Hoegeng Iman Santoso di Mamuju, Sulawesi Barat, serta sebagai nama Stadion Jenderal Hoegeng di Kota Pekalongan.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO