Muktazilah atau Mu'tazilah adalah aliran pemikiran dalam Islam yang dipengaruhi oleh filsafat Barat dan menggunakan rasio sebagai dasar argumentasi. Sejatinya, Muktazilah merupakan salah satu aliran yang nampak “normal” dan sedikit berbeda dari aliran dalam Agama Islam lainnya.
Namun, dikarenakan banyak pandangan yang bertentangan dengan syariat Islam, di era sekarang Muktazilah lebih sering dianggap sebagai salah satu aliran sesat yang berpotensi membawa kerugian bagi mereka yang mengikutinya.
Ada sejarah panjang kenapa Muktazilah ini menjadi apa yang dianggap banyak orang, yakni ajaran tidak benar. Berikut pembahasannya merangkum informasi dari Republika pada Selasa (11/7/2023).
Baca Juga: Pengertian Muktazilah, Mulai dari Doktrin, Ajaran dan Kebenarannya
Sejarah Muktazilah
Istilah "Muktazilah" muncul dari ucapan Hasan al-Basri terhadap Wasil bin Ata, yang memisahkan diri setelah menyampaikan pendapatnya untuk menengahi perselisihan antara Khawarij dan Murjiah.
Muktazilah dapat diartikan sebagai orang yang memisahkan diri, baik secara fisik maupun dari pendapat-pendapat sebelumnya. Aliran ini dikenal sebagai aliran yang rasional dan liberal, dengan pandangan teologis yang didukung oleh dalil-dalil akal.
Pada masa kejayaan Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad pada abad ke-8 hingga ke-10 M, Muktazilah memiliki pengaruh yang besar dalam kemajuan dunia Agama Islam. Mereka berdebat tentang status seorang mukmin yang berdosa besar.
Baca Juga: Sama-Sama Sesat, Apa Perbedaan Qadariyah dan Jabariyah?
Pada masa itu, aliran Khawarij berpendapat bahwa mereka adalah murtad, sementara Murji'ah berpendapat bahwa mereka tetap mukmin. Wasil bin Ata, seorang murid Hasan al-Basri, berpendapat bahwa mereka yang berdosa besar menempati posisi di antara mukmin dan kafir.
Dia menyatakan bahwa di akhirat, mereka akan dimasukkan ke dalam neraka dengan siksaan yang lebih ringan daripada siksaan bagi orang kafir. Berdasarkan doktrin ini, Wasil bin Ata mendirikan aliran Muktazilah pada tahun 100 H/718 M.