Menu


Polemik Pemilihan JIS untuk Piala Dunia U-17, Pakar: PSSI Harus Berani Ambil Sikap Layak atau Tidak

Polemik Pemilihan JIS untuk Piala Dunia U-17, Pakar: PSSI Harus Berani Ambil Sikap Layak atau Tidak

Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso

Konten Jatim, Jakarta -

FIFA menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 setelah batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Jakarta International Stadium (JIS) menjadi salah satu stadion pilihan lokasi pertandingan.

Meski demikian, JIS dinilai belum memenuhi standar FIFA dan harus dilakukan renovasi. Tindakan renovasi ini juga menimbulkan pertanyaan apakah cukup waktunya untuk mencapai target penyelesaian mengingat pertandingan dimulai pada Oktober 2023. 

Baca Juga: Polemik JIS untuk Piala Dunia U-17, Pakar: Kita Jangan Terjebak dengan Hal Teknis

Pakar tata kota Yayat Supriatna menanggapi polemik tersebut. Yayat menyarankan agar PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) secepatnya menentukan sikap untuk menilai apakah JIS layak atau tidak layak untuk Piala Dunia U-17, mengingat masih banyak pilihan stadion lain. 

Sehingga, PSSI dan Kemenpora bisa fokus dengan strategi bagaimana caranya timnas Indonesia U-17 bisa meraih prestasi di perhelatan internasional ini. 

"Saran dan pertimbangan saya, secepatnya diputuskan PSSI untuk berani ambil sikap yang didukung Kemenpora. Sehingga kita fokus kepada bagaimana target pencapaian prestasi kita daripada energi habis seperti pada U-20 ketika hanya ribut Israel boleh ikut atau tidak," kata Yayat, mengutip video yang diunggah di kanal YouTube tvOneNews, Minggu (2/7/2023).

Anggota tim ahli bangunan DKI Jakarta ini juga mengingatkan jangan sampai Indonesia hanya terjebak masalah teknis terkait fasilitas JIS hingga akhirnya membatalkan potensi yang bisa dimanfaatkan.  

Baca Juga: Pemerintah Pusat Harus Renovasi JIS untuk Piala Dunia U-17, Rudi S Kamri: Artinya ketika Dibangun Asal-asalan

"Kita jangan terjebak dengan hal teknis, kalau bus double decker enggak bisa masuk, ganti aja busnya, lebih simple. Menurut saya persoalan tidak njelimet, yang kecil diperbesar. Jadi apa yang harus kita ubah? Struktur bangunan sudah tercipta, tinggal bagaimana kita modifikasi, pendukung kegiatan bisa mengakses ke sana," ujar Yayat. 

"Saya kira karena kita fokusnya pada persoalan event besarnya, harus ada keberanian layak atau tidak layak. Kalau layak laksanakan karena ini ada potensi besar yang kita punya tapi sayang kalau tidak dimanfaatkan karena persoalan kecil," pungkasnya. 

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024