Pantun yang dibacakan budayawan Butet Kartaredjasa disorot. Ia dinilai mengampanyekan bakal calon presiden (bacapres) PDIP Ganjar Pranowo.
Seorang pengacara, Nazlira Alhabsy bahkan menyebutnya sebagai pecundang.
"Katakan saja apa adanya, bahwa ia hanya seorang pecundang, yang bertahan hidup mengais derma, dari menjual sejumput puisi murahan tanpa makna," ungkapnya dikutip fajar.co.id dari cuitannya di Twitter, Minggu (25/6/2023).
Ia bahkan menyebut Butet bukan seniman. Menurutnya, Butet hanya pelawak yang menitu cara bicara para negarawan. Bukan pula budayawan, karena isi panggungnya sebatas lucu-lucuan.
"Kalau masih terima pesanan puisi partai politik, pastilah bukan seniman otentik. Karena seniman itu pasti memiliki integritas, bukan yang memelas minta dibayar dengan harga pantas," ujarnya.
Nazila mengatakan, puisi seniman sarat makna. Bukan caci maki. Bukan pula hasutan, tapi berisi keindahan.
"Wahai kawan, sampaikan pada Butet, jangan dikurang-kurangi dan jangan pula dilebih-lebihkan. Katakan saja apa adanya, bahwa ia bukanlah Seniman, apalagi Budayawan," ucapnya.
Sebelumnya, Butet tampil di hadapan puluhan ribu kader PDIP dalam acara puncak peringatan di Gelora Bung Karno, Jakarta. Pada pada Sabtu, 24 Juni 2023.
Pantun yang dibacakan Butet disebut menyindir bakal calon presiden (bacapres) yang diusung partai politik di luar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Berikut bunyi puisi yang dimaksud.
Di sini semangat meneruskan, di sana maunya perubahan. Oh begitulah sebuah persaingan. Di sini nyebutnya banjir, di sana nyebutnya air yang markir. Ya, begitulah kalau otaknya pandir.
Pepes ikan dengan sambel terong, semakin nikmat tambah daging empal. Orangnya diteropong KPK karena nyolong, eh lha, kok koar-koar mau dijegal.
Jagoan Pak Jokowi rambutnya putih, gigih bekerja sampai jungkir balik.
Hati seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih jika kelak ada presiden hobinya kok menculik.
Cucu komodo mengkeret jadi kadal, tak lezat digulai biarpun pakai santan.
Kalau pemimpin modalnya cuman transaksional, dijamin bukan tauladan kelas negarawan.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO