Tanggal 22 Juni merupakan hari istimewa bagi Ibu Kota Indonesia, DKI Jakarta. Pada tanggal tersebut, kota ini merayakan hari ulang tahun (HUT) mereka. Dan tahun ini, pada Kamis (22/6/2023), ini menjadi HUT Jakarta ke-496.
Setiap tahunnya, HUT Jakarta selalu dirayakan dengan meriah, mengadakan berbagai macam hal seperti bazar, pagelaran atau promo khusus bagi warganya. Beberapa acara bahkan sudah berlangsung berhari-hari sebelum ulang tahun tiba.
Sejarah Jakarta bisa dikatakan sangat panjang dan melewati berbagai periode zaman. Berikut asal usul terbentuknya Jakarta, melansir situs resmi Pemerintah Provinsi Jakarta dan sumber lain.
Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun ke-496, Inilah Tema HUT Jakarta ke-496
Asal Usul Terbentuknya Jakarta
Saat itu, kota Jakarta memiliki nama “Sunda Kelapa”, lokasi yang dahulu merupakan tempat berdirinya Kerajaan Sunda atau dikenal dengan sebutan Sunda Kelapa. Pada masa itu, kerajaan ini diserang oleh bangsa Portugis. Namun, sosok Pangeran Fatahillah berusaha merebut kembali Sunda Kelapa.
Penyerangan tersebut dilakukan pada 22 Juni 1527. Sejak itu, Pangeran Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Tanggal penyerangan itu hingga kini diperingati sebagai HUT Jakarta.
Setelah masa kepemimpinan Portugis usai, Belanda yang diwakilkan oleh VOC mendirikan Batavia (yang kemudian menjadi nama Jakarta pada tahun 1949) sebagai pusat administrasi dan perdagangan mereka di wilayah tersebut. Pendirian dilakukan tahun 1619.
Batavia berkembang menjadi pusat pemerintahan kolonial Hindia Belanda di Jawa. Kota ini diperluas dengan konstruksi bendungan, kanal, jalan, dan bangunan-bangunan penting seperti Gereja Oude Kerk, Batavia Stadhuis, dan Kasteel Batavia (sekarang Museum Fatahillah).
Di masa itu, Batavia juga menjadi pusat budaya dengan hadirnya penduduk multi etnis seperti Belanda, Tionghoa, dan pribumi. Batavia menjadi salah satu pusat perekonomian dan perdagangan.
Jakarta Pasca Kemerdekaan
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Batavia menjadi bagian dari negara Indonesia yang baru merdeka. Tahun 1949, setelah masa perjuangan dan diplomasi, nama kota ini diubah menjadi Jakarta. Jakarta kemudian menjadi ibukota negara Indonesia.
Seiring dengan perkembangan Indonesia sebagai negara merdeka, Jakarta mengalami pertumbuhan pesat. Pemerintah Indonesia melakukan berbagai pembangunan infrastruktur dan pengembangan ekonomi di Jakarta.
Baca Juga: Kala Panda Nababan Temukan Komandan Pembantaian Westerling ada di Belanda: Kenapa Nggak Dibunuh?
Di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno, beberapa proyek besar dilaksanakan, seperti Monumen Nasional (Monas) dan Gelora Bung Karno, kompleks olahraga yang dibangun untuk menyelenggarakan Asian Games 1962.
Pada era Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, Jakarta terus mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pemerintah memperluas wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan menambahkan kota-kota satelit seperti Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Baca Juga: Seperti Apa Masa Pendudukan VOC di Indonesia?
Ini membentuk wilayah metropolitan yang dikenal sebagai Jabodetabek, berisikan kota-kota seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, yang menjadi salah satu daerah perkotaan terpadat di dunia.
Melalui Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jakarta berganti nama menjadi DKI Jakarta serta mengukuhkan status sebagai daerah otonomi khusus Ibu Kota.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024