Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya menyebut bahwa Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berharap untuk rekonsiliasi dengan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri.
Hal ini menyusul mimpi SBY soal dirinya satu gerbong bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Megawati.
"Saya pikir dalam hati Pak SBY, dalam alam pikiran Pak SBY ada hal yang lebih besar yang mungkin masih mengganjal buat dirinya permasalahan rekonsiliasi luka sejarah," kata Yunarto kepada KompasTV dikutip Liberte Suara, Rabu (21/6/2023).
Yang mengganjal bagi SBY, menurut Yunarto, adalah tafsiran negatif publik mengenai hubungan tidak baik antara SBY dan Megawati.
"Itu ditafsirkan negatif oleh sebagian publik mengenai hubungan yang tidak baik antara dua tokoh ini," tambahnya.
Meskipun terlontar isu membentuk koalisi demi memasangkan Agus Harimurti Yudhoyono dengan Ganjar Pranowo pascarekonsiliasi, Yunarto menilai bahwa itu hanya urusan taktis.
"SBY tentu saja berhitung pada hal-hal yang lebih realistis, hal-hal yang juga sifatnya taktis. Ada hal-hal yang sifatnya taktis, jauh di luar apa yang keinginan pribadi SBY," terangnya.
Namun demikian, Yunarto tegas mengatakan bahwa luka sejarah lah yang lebih dulu diobati SBY daripada memikirkan koalisi demi pemilihan presiden (pilpres) 2024.
"Dalam skenario apa pun SBY sepertinya menginginkan bahwa rekonsiliasi dengan Ibu Mega akan harus terjadi karena luka sejarah yang saya pikir itu mengganjal Pak SBY," pungkas Yunarto.
Sebelumnya, SBY menuliskan mimpinya melalui akun Twitter pribadinya pada Senin (19/6/2023). Hal ini mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan.
Ia bertutur, dalam cuitannya, bahwa suatu hari ia didatangi Jokowi, Presiden ke-7 RI, di kediamannya di Cikeas.
Lalu, SBY dan Jokowi kemudian menjemput Megawati, mantan Presiden RI yang digantikan SBY, di rumahnya, untuk selanjutnya menuju Stasiun Gambir.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan