Peristiwa menarik terjadi dalam pengumuman calon wakil presiden (cawapres) dari capres PDI Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo pada Selasa (6/6/2023). Dari beberapa nama yang diusulkan Ketua Tim Pemenangan Ganjar Pranowo, Puan Maharani, ada 1 nama yang bisa dikatakan cukup mencolok.
Nama tersebut adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) selaku Ketua Umum Partai Demokrat. Peristiwa ini menarik karena saat ini, Partai Demokrat merupakan partai yang masuk ke dalam oposisi pemerintah bersama dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Lebih menarik lagi jika melihat hubungan Partai Demokrat dan PDIP yang sudah sejak lama kurang harmonis. Berikut pembahasannya mengutip beberapa sumber berbeda pada Kamis (8/6/2023).
Baca Juga: Daftar Kandidat Cawapres Ganjar Pranowo: Kok Bisa Ada AHY?
Hubungan Demokrat dan PDIP
PDIP merupakan salah satu partai senior yang sudah berdiri sejak era orde baru, tepatnya pada 1973 silam, saat itu masih bernama PDI. Sementara Partai Demokrat “baru” berdiri pada 2001 oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), disinyalir sebagai bentuk pemenangan SBY sebagai presiden pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2004.
Rivalitas 2 partai ini sudah dimulai sejak Pemilu 2004. Saat itu, Partai Demokrat yang belum lama lahir, mampu mengalahkan PDIP dalam Pemilu. SBY bahkan berhasil menjadi Presiden Indonesia ke-6, mengalahkan Megawati Soekarnoputri.
Sejak saat itu, hubungan antara kedua sosok yang menjadi pemimpin dari masing-masing partai ini menjadi renggang. Catatan sejarah menunjukkan bahwa keduanya tidak pernah terlibat dalam kubu yang sama. Partai Demokrat tidak pernah berkoalisi dengan PDIP, begitu pula sebaliknya.
Baca Juga: Demokrat Desak Anies Umumkan Cawapres pada Juni 2023, NasDem: Tidak Semudah Itu
Ketika Partai Demokrat menguasai parlemen di masa kepemimpinan SBY dari 2004-2014, PDIP menjadi oposisi pemerintah. Dan ketika Joko Widodo alias Jokowi menjabat sebagai presiden di periode 2014 sampai sekarang, Partai Demokrat bergerak jadi oposisi pemerintah.
Sempat ada masa perselisihan kedua tokoh penting dari partai ini menghangat, yakni ketika istri SBY, Ani Yudhoyono meninggal pada 2019 lalu. Megawati turut hadir dalam pemakaman mantan ibu negara ini dan menyampaikan bela sungkawa terhadap SBY.
Jokowi mewakili PDIP juga pernah mencoba mengajak Partai Demokrat untuk berkoalisi pada Pemilu 2019 meskipun akhirnya ditolak.
Dijelaskan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto kalau sedari awal, kultur 2 partai ini memang berbeda. Sehingga rivalitas keduanya memang cukup panas, terlebih jelang Pemilu. Hal ini awalnya juga berlaku dalam Pemilu 2024, di mana kedua partai sempat saling sindir terkait berbagai kebijakan dan manuver yang mereka lakukan.
Baca Juga: Soal AHY Masuk Bursa Cawapres Ganjar, PDIP: Sangat Baik, Berikan Kesempatan ke Luar Internal Partai
AHY Jadi Cawapres Ganjar?
Namun, belum lama ini Puan mengejutkan banyak pihak dengan mengumumkan AHY sebagai cawapres Ganjar. Mengingat perbedaan kedua partai dan posisi mereka sekarang, tentunya pencalonan nama ini terbilang mengagetkan.
AHY bersanding dengan beberapa nama lain macam Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD, Menteri BUMN dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Hasto sendiri menjelaskan bahwa adanya AHY sebagai salah satu cawapres ini merupakan usulan dari salah satu kader dalam diskusi. Masuknya AHY ke dalam daftar cawapres Ganjar juga disebutnya sebagai inklusivitas berbagai elemen politik.
AHY sendiri sudah menerima kabar terkait namanya yang masuk ke dalam daftar cawapres Ganjar. Disebutkan kalau AHY akan mengisyaratkan menolak tawaran PDIP dan memilih fokus ke Koalisi Perubahan yang sudah dibentuk sejak lama.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024