Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menyebut Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mengusung Anies Baswedan dinilai telat memanaskan mesin politik menuju Pilpres 2024 dan tidak menunjukkan diri sebagai oposisi.
Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu, KPP tidak semerta-merta menempatkan diri sebagai partai oposisi.
Mestinya, kata dia, NasDem, Demokrat, dan PKS langsung menunjukkan taringnya ke pemerintah begitu mengumumkan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (capres) pada Oktober 2022.
Baca Juga: AHY Dirayu PDIP Masuk Bursa Cawapres Ganjar, Musni Umar: Upaya Jegal Anies Terus Dilakukan
Menanggapi pernyataan itu, Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani mengatakan pihaknya bisa memahami pemikiran Adi Prayitno.
Menurutnya, memang dalam politik faktor momentum menjadi krusial, karena itu segala sesuatunya mesti dikalkulasi dengan cermat dan seksama.
"Ini yang menjadi pemikiran dan pertimbangan kami," kata Kamhar kepada FAJAR, Rabu, 7 Juni.
Saat ini kata Kamhar, Demokrat menilai momentum yang pas adalah mendeklarasaikan cawapres pendamping Anies supaya KPP memiliki waktu yang memadai membangun kolaborasi dan sinergi seluruh sumberdaya pemenangan yang dimiliki.
"Baik itu partai politik pengusung, relawan, maupun simpatisan," katanya.
Baca Juga: Prediksi Bakal Dikhianati Jokowi, Faizal Assegaf: Prabowo Merapat ke Kubu Anies Jauh Lebih Baik
Bagi Kamhar, jika menghitung mundur dari Februari 2024 hari H pelaksanaan Pemilu, bulan Juni ini paling pas. Tidak terlalu cepat, namun juga tidak terlambat untuk mengejar ketertinggalan dan membalik keadaan memenangkan kontestasi Pilpres 2024 mendatang.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO