Kritikus, Faizal Assegaf mengatakan bahwa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyandera Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mendukung Ganjar Pranowo, dan menjegal Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Dikatakan oleh Faizal, hubungan Jokowi dan Prabowo Subianto yang ditafsirkan sebagai kongsi politik jelang Pilpres, sebenarnya semakin terlihat anomali.
"Ibarat cerita tentang dua ekor monyet yang asyik berburu pisang, tapi yang mereka panjat adalah pohon kelapa. Hasilnya terlihat lucu-lucuan," kata Faizal Assegaf dalam keterangannya, Kamis, (8/6/2023).
Baca Juga: Polemik Proposal Perdamaian Prabowo Terhadap Perang Rusia Ukraina
Dikatakan, Prabowo terjebak pesona kekuasaan Jokowi yang sangat manipulatif. Seolah punya independensi sebagai presiden. Faktanya justru Jokowi makin agresif bertindak sebagai petugas partai dalam kendali Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan PDIP sendiri.
Celakanya kata dia, sebagai pembantu presiden, berbagai cara Prabowo mencoba meyakinkan Jokowi agar mendapatkan dukungan demi mempermulus hajatnya maju sebagai capres dan menang.
Menurutnya, dalam kalkulasi Prabowo, bila presiden Jokowi berpihak padanya, maka dapat sokongan segala fasilitas kekuasaan serta meraih dukungan relawan serta simpatisan Jokowi.
"Tapi, tampaknya keinginan Prabowo tersebut sulit direalisasi. Sebab PDIP dan Megawati telah memutuskan Ganjar sebagai capres dan menyandera Jokowi sebagai bagian perangkat pemenangan," tutur Ketua Progress 98 ini.
Lebih lanjut dikatakan, semakin mendekati ke Pilpres, semakin terlihat penguatan hubungan Jokowi dan PDIP. Sementara Prabowo kian terposisi kehilangan harapan untuk meraih dukungan Jokowi.
"Tegasnya, sangat begitu tampak operasi politik Megawati menyandera Jokowi sebagai petugas partai. Membuat Prabowo semakin kehilangan jurus politik untuk menguasai Jokowi," ucapnya.
Pegiat media sosial ini mengatakan, yang tersisa dari kedekatan Prabowo dan Jokowi hanyalah keakraban sebagai pembantu presiden dan sekaligus rival politik yang saling menjaga kepentingan di antara mereka.
Artinya kata Faizal, kedekaan Prabowo bergabung ke kabinet Jokowi dengan harapan membuahkan kongsi politik yang kuat, ternyata justru menjadi kontradiktif.
Dikatakan, Prabowo tidak sekedar gagal meraih sokongan kekuasaan Jokowi. Tapi lebih parah lagi semakin terpuruk di mata pendukungnya.
Dengan kondisi seperti ini menyebut adanya kemungkinan Prabowo beralih ke Koalisi Perubahan.
"Bisa jadi, situasi yang tidak elok itu merubah sikap politik Prabowo. Putar haluan bergabung dengan arus perubahan yang semakin masif mengusung Anies Baswedan," paparnya.
"Peluang itu jauh lebih baik, dari pada bermain politik kucing-kucingan dengan janji manis Jokowi yang berujung pengkhianatan dan kebohongan," tandasnya.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan