Menu


Kubu Anies Sebut Ada Penjegalan, PDIP: Ketika Pemimpin Bergerak Mengakar ke Rakyat, Hambatan Tak Mampu Gulung Keyakinannya

Kubu Anies Sebut Ada Penjegalan, PDIP: Ketika Pemimpin Bergerak Mengakar ke Rakyat, Hambatan Tak Mampu Gulung Keyakinannya

Kredit Foto: Instagram/Anies Baswedan

Konten Jatim, Jakarta -

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto merespons tuduhan kubu Anies Baswedan terkait penjegalan dan hambatan. Hasto awalnya menyampaikan, soal Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dihambat kepemimpinannya di PDI di era pemerintahan Orde Baru.

Saat itu bahkan hingga kantor DPP partai di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, diserang pada 27 Juli 1996. Hasto mengatakan pihaknya belajar bahwa upaya menghambat demikian tidak akan pernah sukses jika pemimpin itu bergerak dengan keyakinan kepada rakyat.

Baca Juga: PKB Akan Evaluasi jika Capres-Cawapres KKIR Tidak Segera Diumumkan, Gerindra: Bukan Ancaman

Hal ini bermakna bahwa jika saja calon pemimpin seperti Anies mau bergerak mengakar ke rakyat, seharusnya tidak perlu ada ketakutan akan penjegalan.

"Ketika pemimpin bergerak dengan keyakinan mengakar ke rakyat, seluruh hambatan tidak mampu menggulung keyakinan dari pemimpin. Itu pelajaran terbaik. Itu dilakukan Bung Karno, Bu Mega, Presiden Jokowi, dan Pak Ganjar," kata Hasto, mengutip Suara.com, Kamis (8/6/2023).

Menurutnya, setiap pemimpin akan menghadapi segala macam ujian. Pasalnya, ia mengingatkan berpolitik itu harus berpegang pada keyakinan dan kinerja untuk menyerap aspirasi masyarakat.

Hasto lantas juga menyampaikan, bagaimana Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga banyak mendapat rintangan saat dirinya menjadi Gubernur DKI Jakarta kemudian menjadi capres dan akhirnya terpilih menjadi Presiden RI ke-7.

"Ketika kita lihat pengalaman dari Pak Jokowi. Ketika dari gubernur melangkah menjadi calon presiden dan kemudian terpilih menjadi presiden, begitu banyak penjegalan. Tetapi sikap dari Pak Jokowi, Pak Ganjar, dan PDI Perjuangan itu kan selalu percaya pada jalan keyakinan bahwa ketika politik itu berbasis kinerja, ketika politik itu mampu menyerap aspirasi rakyat, dan dituangkan di dalam narasi kemajuan, maka itu mendorong rakyat untuk bergerak bersama," jelasnya.

"Terjadi bonding (ikatan dengan rakyat), kalau kata Ibu Megawati Soekarnoputri," sambungnya.

Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan

Tampilkan Semua Halaman

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Suara.com.



Berita Terkait