Menjawab dilema yang dihadapi, PAN mengungkap mereka dihadapkan ke tiga opsi yakni mendukung Ganjar, Prabowo, atau juga dapat memilih Airlangga-Zulhas.
Sekjen PAN Eddy Soeparno menegaskan tidak ada yang salah ketika Zulhas mendampingi Airlangga sebagai cawapres, sebab baginya partai politik memiliki kewajiban untuk melahirkan kader menjadi pemimpin.
Eddy juga menilai duet Airlangga-Zulhas tentu menjadi cerminan dari kewajiban itu, di mana keduanya merupakan kader terbaik di Golkar dan PAN.
"Bagi sebuah partai, kalau memang putra terbaiknya bisa maju di dalam Pilpres itu merupakan kebanggaan tersendiri. Mesin partai bisa bekerja optimal, caleg-caleg akan bekerja maksimal untuk itu," jelas Eddy.
Golkar tawarkan empat poros
Golkar juga akhirnya angkat suara soal nasib KIB yang kini dipengaruhi oleh situasi politik yang dinamis.
Waketum Golkar Ahmad Doli Kurnia mengaku partainya tetap terbuka ke perubahan politik termasuk terjadinya berbagai poros kubu.
"Dengan posisi kami pemenang pemilu kedua tahun 2019, itu memang sangat dimungkinkan. Misalnya dengan urutan yang ke bawah, sama Gerindra cukup, sama NasDem, PKB cukup, Demokrat cukup, PKS juga cukup, dengan PAN juga cukup, apalagi dengan PDIP ke atas makin cukup lagi," pungkas Doli.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO