Menjelang Pilpres 2024, banyak isu yang berkembang di masyarakat yang akan mempengaruhi kelayakan calon presiden dan calon wakil presiden. Salah satunya adalah masalah ekonomi.
Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa mengatakan, saat ini, terdapat tiga kandidat tiga nama dalam bursa cawapres yang punya latar belakang pengusaha, yakni Airlangga Hartarto, Erick Thohir, dan Sandiaga Uno. Selain itu, ketiganya juga sama-sama punya pengalaman dalam pemerintahan karena saat ini menjabat sebagai menteri di Kabinet Indonesia Maju.
Baca Juga: Prabowo-Airlangga Dielu-elukan untuk Berduet, Golkar: Kita Juga Harus Berpikir Cerdas
Di sisi lain, terdapat juga lima kandidat cawapres lain tidak ada jejak kemampuan ekonomi, yaitu Mahfud MD, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Muhaimin Iskandar, Khofifah Indar Parawansa, dan Said Aqil Siradj. Lima cawapres ini tak berhubungan langsung dengan ekonomi.
Menurut dia, di antara tiga nama cawapres yang punya pengalaman ekonomi, Airlangga lebih unggul dibanding Erick dan Sandiaga. Selain karena pengalaman pemerintahan dan pengusaha, Airlangga juga merupakan ketua umum partai terbesar kedua, yakni Partai Golkar.
Menurut Ardian, ketika pertarungan isu ekonomi yang paling ditunggu oleh pemilih, cawapres yang memiliki pengalaman dengan isu ekonomi lebih diuntungkan. Dengan catatan tersebut, Airlangga memiliki daya tawar yang lebih tinggi bagi para calon presiden yang nantinya akan bertarung, baik Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, atau Anies Baswedan.
Menurut survei LSI Denny JA, sebelum pandemi Covid-19 (September 2019), pemilih yang menyatakan isu ekonomi sebagai hal yang paling penting sebesar 42,3 persen. Setelah itu, diikuti isu hukum 14,5 persen, politik 11,7 persen, budaya 8,6 persen, dan hubungan internasional 5,7 persen.
Namun, setelah pandemi berdasarkan survei LSI Denny JA Mei 2023, pemilih yang menyatakan isu ekonomi sebagai hal yang paling penting meningkat sebesar 64,7 persen. Setelah itu diikuti isu hukum 10,7 persen, politik 8,2 persen, budaya 5,3 persen, dan hubungan internasional 3,1 persen.
Baca Juga: Wacana Pasangan Airlangga-Zulhas akan Dibahas Lebih Dalam Setelah Kembali dari Amerika
“Pentingnya isu ekonomi akibat Covid-19, naik dari 42,3 persen pada September 2019 ke 64,7 persen pada Mei 2023. Terdapat kenaikan 22,4 persen,” jelas Ardian.
Tiga tahun Covid-19 membuat publik tidak puas di tiga isu yang berada di bawah 50 persen. Pertama, ketidakpuasan terhadap pembukaan lapangan pekerjaan. Kepuasan publik terhadap pembukaan lapangan pekerjaan sebesar hanya 38,1 persen.
Kedua, isu mengurangi kemiskinan, di mana kepuasan publik sebesar 43,5 persen. Ketiga, kesejahteraan petani, buruh dan nelayan, di mana kepuasan publik sebesar 44,6 persen.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024