Menu


Diragukan PKB Dan PPP, Pembentukan Koalisi Besar Semakin Tidak Realistis

Diragukan PKB Dan PPP, Pembentukan Koalisi Besar Semakin Tidak Realistis

Kredit Foto: Instagram/Airlangga Hartarto

Konten Jatim, Jakarta -

Perjuangan Gerindra dan Golkar untuk membentuk koalisi besar semakin jauh dari sasaran. Pasalnya, penentuan capres dan cawapres tidak memiliki titik temu. PKB dan PPP yang awalnya merupakan koalisi besar mulai meragukan rencana awal mereka. Wajar untuk mengatakan bahwa peluangnya sangat kecil saat ini. 

Padahal 5 partai, yakni Gerindra, PKB, Golkar, PAN dan PPP sempat bertemu dan dihadiri Presiden Jokowi. Lima partai itu berasal dari 2 poros koalisi yang ada. Golkar-PAN-PPP dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Sedangkan Gerindra-PKB tergabung dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).

Baca Juga: PPP Akui dari Awal Pesimis Terhadap Wacana Koalisi Besar: Tidak Mungkin dalam Koalisi Ada 3 Capres

Namun, di tengah nasibnya yang belum jelas, PPP justru memilih keluar dan bergabung dengan PDIP untuk mengusung Ganjar Pranowo. Sementara PKB tetap mempertahankan Muhaimin Iskandar untuk menjadi pendamping Prabowo.

Namun dalam perjalanannya, PPP secara terang-terangan beralih ke PDIP dan mendukung pencapresan Ganjar Pranowo. Bergabungnya PPP ke Ganjar membuat nasib Koalisi Besar maupun KIB terancam bubar.

Ketua DPP PPP Achmad Baidowi mengaku pesimis, Koalisi Besar maupun KIB sulit untuk dipertahankan. “Ada nama Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, dan Ganjar Pranowo. Tidak mungkin dalam koalisi ada tiga capres,” ujar pria yang akrab disapa Awiek ini, kemarin.

Dengan demikian, dia menilai bahwa masing-masing partai politik tidak mungkin mau mengalah dan mendapat porsi lebih sedikit. Meski begitu, Awiek menegaskan partainya sudah mantap mendukung Ganjar.

Dia justru .engajak Golkar dan PAN bergabung, jika tetap ingin mempertahankan KIB. Kalau tidak, maka dia menyarankan lebih baik pisah jalan. Walaupun sejauh ini, KIB masih menjalin komunikasi. Khususnya dengan ketum-ketum partai.

Baca Juga: Prabowo Dekat Dengan Ulama, Elektabilitas Gerindra Naik

“Secara formal, KIB belum bubar. Tetapi seperti kami katakan, kalau ternyata capresnya nanti bukan Ganjar, maka otomatis KIB akan berakhir dengan baik-baik,” kata Awiek.

Sikap pesimis juga diungkap Waketum PKB, Jazilul Fawaid. Menurutnya, sudah tidak ada yang bisa dilebur antara KIR dengan KIB. Karena KIB sudah bubar dengan sendirinya, setelah PPP menjalin kerjasama dengan PDIP dan mendukung Ganjar Pranowo.

“KIB sudah bubar, apanya yang mau dilebur,” ujarnya.

Sementara Waketum PAN, Yandri Susanto mengatakan sampai sekarang belum ada pembahasan lebih lanjut soal koalisi besar. Namun Yandri mengakui, ada potensi duet baru di kalangan internal KIB dengan mengusung Airlangga Hartarto dan Ketum PAN Zulkifli Hasan. “Ini masih sangat dinamis, belum ada kesimpulan,” ujarnya.

Soal PPP yang telah menyatakan dukungan terhadap Ganjar, Yandri tidak mempersoalkan dinamika tersebut. Karena KIB terus menyamakan gagasan politiknya.

Walau ada pihak yang mengabarkan KIB bubar, Yandri menghormati tafsir tersebut. Namun baginya, koalisi internalnya masih dinamis selama belum ada pendaftaran ke KPU.

"Apakah PPP benar-benar mendukung Ganjar kan belum tentu juga, karena kan belum mendaftarkan ke KPU. Artinya semua kemungkinan itu masih bisa terjadi," pungkasnya.

Sementara Pengamat Politik, Agus Baskoro menilai kemungkinan kecil Koalisi Besar dapat terealisasi. Apalagi wacana itu dibangun setelah PDIP sudah mencapreskan Ganjar, dan Gerindra lebih dulu mencapreskan Prabowo.

Selagi kepentingan Gerinda dan Golkar tak mampu diakomodasi dan tidak mencapai titik temu (win-win solution) soal capres, maka menurutnya koalisi besar tidak mungkin terbentuk. “Koalisi Besar sekedar wacana yang layu sebelum berkembang,” pungkasnya.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Rakyat Merdeka.