Pegiat media sosial, Rinny Budoyo menyebut bakal calon presiden (bacapres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan hanya ingin namanya terus melambung dan muncul di media dengan cara menyerang pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Hal ini menyusul kritikan yang dilontarkan Anies di Milad PKS ke-21 di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu lalu.
Anies menyampaikan kritik atas pembangunan era Presiden Jokowi dengan membandingkan pembangunan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca Juga: Koalisi Perubahan Digoyang Ketidakpastian, NasDem Porak-poranda, Bagaimana Nasib Anies Baswedan?
"Dari pernyataan Anies itu, media mendapatkan bahan berita kontroversial yang menarik perhatian pembaca," kata Rinny Budoyo, dikutip dari kanal YouTube 2045 TV pada Rabu (24/5/2023).
"Di sisi lain, dengan melempar pernyataan menyerang Jokowi, Anies berharap dia bisa tetap relevan. Namanya tetap menjadi headline berita," sambung loyalis Jokowi ini.
Menurut Rinny, kritikan yang digencarkan oleh Anies ini lantaran elektabilitasnya terus merosot. Maka dari itu, satu-satunya cara agar namanya tetap dibicarakan publik adalah dengan menyerang pemerintah Jokowi.
"Dengan angka survei yang terus melorot, di survei SMRC terbaru, angka survei Anies hanya tinggal 19,7 persen, turun 4,5 persen dari bulan sebelumnya, padahal Anies sempat mencapai angka tertinggi 28,1 persen di survei akhir tahun 2022," ungkapnya.
"Ini tentu saja merupakan tanda-tanda bahaya bagi Anies, dia mulai ditinggalkan dan dilupakan. Makanya menyerang Jokowi adalah cara satu-satunya bagi Anies buat tetap bertahan di kontestasi Pilpres 2024, buat menjaga dukungan di antara mereka yang anti-Jokowi," sambung Rinny.
Elektabilitas Anies tersebut dinilainya berbanding terbalik dengan kepuasan publik terhadap Jokowi. Rinny berujar, kepuasan publik terhadap pemerintah ada di kisaran 80 persen.
"Angka kepuasan publik terhadap Jokowi terus naik, sudah berada di kisaran 80 persen, ini luar biasa. Jelas dengan semakin puasnya publik terhadap Jokowi, ruang manuver Anies dan media menjadi semakin sempit saja," tandasnya.
Sebelumnya, Anies sempat membahas tentang data perbandingan panjang pembangunan jalan nasional era Presiden SBY dengan era Presiden Jokowi.
Dia menyebut di era Jokowi, pemerintah berhasil membangun jalan tol sepanjang 1.569 kilometer dari total 2.499 kilometer. Namun Jokowi hanya mampu membangun jalan tak berbayar sepanjang 19.000 kilometer.
Anies kemudian mengerucutkan perbandingan jalan yang dibangun oleh pemerintah pusat yakni jalan nasional. Selama masa kepemimpinan Jokowi, hanya sekitar 500 kilometer jalan nasional yang dibangun.
Sedangkan dalam era SBY bisa 20 kali lipat dari pencapaian Jokowi saat ini, yakni hingga 11.800 kilometer.
Baca Juga: Tak Lagi Silent Operation, Anies Baswedan Kini Mulai Menyerang
Semua itu, kata Anies, masih belum dinilai dari mutu dan standar pembangunan jalan. Menurut Anies, jalan gratis ataupun jalan tol sama-sama dibutuhkan oleh masyarakat.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan