Menurut survei terbaru, elektabilitas Anies Rasyid Baswedan, calon presiden yang diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan, sedikit stagnan. Namun, kisah Pilgub DKI 2017 bisa menjadi pelajaran penting.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfarabi, mengatakan, Anies sebagai capres selayaknya mesin yang lambat panas. Dalam satu tahun terakhir, misalnya, elektabilitas Anies memang cenderung tidak berubah dari angka 20 persen.
Baca Juga: Johnny G Plate Tersangka, Pengamat: Dukungan Nasdem untuk Anies Semakin Kuat
Pada Mei 2022 21,4 persen, 21,8 persen pada September 2022, 22,1 persen pada Januari 2023, dan 20,8 persen pada Mei 2023. Walau sudah dideklarasikan oleh Nasdem, disusul Demokrat dan PKS, itu tidak banyak mengubah elektabilitas.
Meski begitu, ia menekankan, masih ada waktu sembilan bulan ke depan. Apalagi, Adjie mengingatkan sejarah Pilkada DKI 2017 saat Anies-Sandi maju melawan Ahok-Djarot dan AHY-Silvy dengan kasus yang hampir sama. "Sama kasusnya, sembilan bulan sebelum pilkada, Pak Anies selalu di posisi ketiga di bawah AHY dan Ahok," kata Adjie, Jumat (19/5).
Berkaca dari sejarah itu, ia menuturkan, Anies sebagai underdog masih sangat berpotensi lolos ke putaran kedua Pilpres 2024 mendatang. Sebab, sejarah mencatat Anies akhirnya mampu keluar sebagai pemenang di DKI. "Pada akhirnya, Pak Anies lolos putaran kedua dan memenangi Pilkada DKI 2017," ujar Adjie.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024