Menu


Golkar-PKB Rebutan Kursi Cawapres Prabowo, Gerindra Dilema

Golkar-PKB Rebutan Kursi Cawapres Prabowo, Gerindra Dilema

Kredit Foto: Warta Ekonomi/Andi Hidayat

Konten Jatim, Jakarta -

Upaya Golkar bergabung dalam koalisi Gerindra-PKB membuat situasi Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) serba dilematis. Apalagi Gerindra yang hingga kini belum menetapkan cawapres pendamping Prabowo Subianto, namun tak menolak adanya partai lain bergabung dalam koalisi untuk menambah kekuatan.

Pengamat politik, Adi Prayitno menyebutkan, serupa dengan koalisi lain yang sudah terbentuk dan menetapkan capres, tak mudah untuk menjelaskan siapa cawapres yang bakal digaet Prabowo. Golkar dengan status partai kedua dengan jumlah kursi terbanyak di DPR memiliki daya tawar tinggi sementara PKB juga tak ingin kehilangan kesempatan mendapat jatah cawapres.

Baca Juga: Pengamat Sarankan Golkar dan Gerindra-PKB Cari Kesamaan Titik Temu agar Koalisi Tak Rentan Bubar

“Ini menjadi suatu hal yang sangat dilematis, kira-kira siapa cawapres yang akan dipilih Prabowo Subianto,” kata Adi di Jakarta, Sabtu (13/5/2023).

Gerindra hingga kini belum memberi pernyataan resmi terkait posisi cawapres kecuali menegaskan Prabowo menjadi capres. Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad hanya memberi penjelasan normatif ketika disinggung Golkar mengajukan proposal pasangan Prabowo-Airlangga untuk membentuk koalisi besar.

Wakil Ketua DPR memilih untuk menerima laporan resmi dari PKB terlebih dulu untuk memastikan adanya usulan yang disampaikan Kepala Bappilu Golkar, Nusron Wahid. Adanya proposal tersebut, membuat PKB nampak menahan diri melakukan penjajakan bersama Golkar membentuk koalisi inti.

Ketum PKB Jazilul Fawaid malah menyebut koalisi besar hanya sebatas wacana dan meragukan bakal terbentuk. Hal ini menandakan Golkar-PKB berjalan tak seiring dalam melakukan penjajakan, walaupun dengan membentuk tim pemenangan, kedua partai sejatinya sudah menunjukkan keseriusan untuk berkoalisi sekaligus menekan Gerindra untuk segera menetapkan cawapres.

Menurut Adi, tidak mudah bagi Gerindra-PKB menerima Golkar ke dalam KIR begitu saja. Gerindra-PKB sudah meneken kerja sama atau kontrak politik yang menyatakan urusan capres-cawapres bakal dibahas kedua ketum.

Gus Jazil malah menegaskan apabila Golkar bergabung dalam KIR, harus tunduk dengan piagam yang lebih dulu diteken Gerindra-PKB.

“Saya kira memang rumit untuk menjelaskan cawapres yang akhirnya dipilih mendampingi Prabowo Subianto,” ujar Adi.

Golkar dengan predikat partai besar dan memiliki jumlah kursi di atas Gerindra serta PKB, boleh jadi berada di atas angin. Ditambah lagi adanya jejak panjang sejarah dengan Prabowo sebagai pribadi maupun Ketum Gerindra, memudahkan Golkar untuk meyakinkan Airlangga layak dipinang.

Baca Juga: Adu Kuat Golkar vs PKB Berebut Posisi Cawapres Prabowo Subianto, Siapa yang Dipilih?

Sekalipun begitu, PKB juga memiliki posisi tawar yang cukup. Sebagai partai pertama yang bermitra dengan Gerindra melalui KIR, PKB dengan status partai agamis juga layak diperhitungkan melengkapi komposisi koalisi dan tak mau kehilangan momentum untuk terus mendorong Muhaimin Iskandar menjadi cawapres.

“Kalau Golkar tidak bisa mendapat kepastian Airlangga sebagai cawapres, ya sulit untuk mengajak gabung dalam koalisi. Sama halnya kita membayangkan  bahwa PKB akan memberikan posisi cawapres secara ikhlas kepada Airlangga Hartarto. Di situ rumitnya,” kata Adi.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Akurat.