Partai Golkar dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) saat ini tengah menyodorkan ketua umum masing-masing untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Golkar mengusulkan Airlangga Hartarto, sementara PKB sudah lama mengajukan nama Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Partai beringin berargumen, bahwa apabila posisi calon presiden (capres) sudah diisi Prabowo Subianto yang merupakan perwakilan KKIR, maka cawapresnya seharusnya dari KIB.
Baca Juga: Dibanding Airlangga, Pakar Sebut Cak Imin Lebih Berpeluang Jadi Cawapres Prabowo, Ini Alasannya
"Logika politiknya Golkar akan mengatakan dua hal. Satu, karena KKIR (Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya) adalah capres Prabowo Subianto, kemudian Golkar dianggap dari KIB, harusnya cawapresnya dari KIB dong," kata Hanta Yuda dari kanal YouTube Metro TV, dikutip pada Jumat (12/5/2023).
Alasan kedua, Golkar berargumen, bahwa partainya punya jumlah kursi di parlemen yang besar dan melebihi PKB, maka dari itu tak mengherankan jika mereka menyodorkan Airlangga sebagai cawapres Prabowo.
"Kedua, Golkar akan merasa dia sebagai partai yang lebih besar, yaitu perolehan kursinya di atas PKB. Dua itu akan menjadi basisnya," paparnya.
Di sisi lain, PKB juga punya logika politik tersendiri. PKB menjadi partai awal yang berkoalisi dengan Partai Gerindra untuk menyongsong Pilpres 2024. Atas dasar itu, mereka menilai Cak Imin lebih tepat untuk diduetkan dengan Prabowo, bukan Airlangga.
"PKB juga punya logika politik sendiri. Dia akan mengatakan yang terbangun koalisi antara Prabowo dan sudah ada tanda tangan adalah Cak Imin, PKB. Jadi Pak Muhaimin dianggap lebih berhak dan seterusnya," ucapnya.
Pertarungan Golkar dan PKB dalam memperebutkan posisi cawapres Prabowo pun dinilai bakal sulit mempertemukan titik temu di antara keduanya.
Hanta Yuda menilai, pertarungan perebutan cawapres itu akan menghasilkan di antara dua hal, yakni ketiga partai akan saling bersepakat, atau Golkar dan PKB akan legawa untuk menyerahkan penentuan cawapres kepada nonpartai atau di luar Airlangga dan Cak Imin.
"Jadi titik temu ini sulit sekali. Kemungkinannya ada dua. Satu, akan ada kesepakatan di dalam tiga partai dalam koalisi ini menemukan satu kesepakatan, antara dari Golkar atau PKB," terangnya.
"Atau yang kedua-duanya, ini pilihan kedua sebagai jalan tengah. Maka bisa jadi bukan dua-duanya, diserahkan kepada nonpartai atau di luar dua orang ini akan menjadi titik tengah," tandasnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024