Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menanggapi pernyataan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak netral pada Pilpres 2014.
SBY dinilai tidak netral karena mendukung salah satu pasangan, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Herzaky menyebut bahwa pernyataan tersebut adalah upaya putar balik sejarah.
Baca Juga: Demokrat Khawatir Presiden Tak Netral di Pilpres 2024, Ngabalin: Jokowi Bukan Ketum seperti SBY
"Jelas-jelas Pak SBY menunjukkan sikapnya sebagai seorang negarawan pada 2014. Bagaimana kita mengambil contoh saat deklarasi Prabowo-Hatta. Pak SBY sebagai Ketum Demokrat, tapi beliau memilih untuk diwakilkan oleh petinggi Demokrat Syarif Hasan karena beliau tidak ingin posisinya sebagai presiden dianggap endorse salah satu capres," ujar Herzaky, mengutip video yang diunggah di kanal YouTube tvOneNews, Rabu (10/5/2023).
Menurut Herzaky, SBY berpikir bahwa pemilu yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali bukan sekadar kegiatan rutin yang harus dilaksanakan, melainkan kegiatan yang merupakan perwujudan kedaulatan yang memiliki nilai-nilai demokrasi, kesetaraan, kejujuran dan keadilan.
Kemudian Herzaky mengungkapkan, pada pemilu pemerintahan SBY tidak ada dukungan presiden secara publik atau endorse salah satu calon presiden (capres).
Baca Juga: Jokowi Cawe-cawe Urusan Pilpres 2024, Refly Harun Bandingkan dengan SBY
"Netralitas presiden di atas segalanya ini bisa kita cermati. Dulu apakah ada misalnya presiden endorse a, b, c secara terbuka bahkan di depan publik mengaku tidak mengundang partai tertentu karena kalau mengundang ketahuan dong strategi koalisi lain di Istana," ujar Herzaky.
"Ini telanjang sekali, menyampaikan di Istana dipakai buat bicarakan pilpres ke depan dan calon penerusnya," pungkas Herzaky.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO