Menu


Pengamat: Prabowo Berpeluang Menang Lawan Ganjar dalam Skenario Head to Head

Pengamat: Prabowo Berpeluang Menang Lawan Ganjar dalam Skenario Head to Head

Kredit Foto: Instagram/Jokowi

Konten Jatim, Depok -

Calon presiden (capres) PDI Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo bersama dengan capres Partai Gerindra Prabowo Subianto merupakan 2 nama yang diunggulkan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Menyadur Fajar pada Minggu (7/5/2023), Direktur Eksekutif Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research Vivin Sri Wahyuni mengatakan Prabowo Subianto berpeluang menang apabila bertarung satu lawan satu dengan Ganjar Pranowo dalam Pilpres.

"Prabowo dan Ganjar berpotensi maju sebagai capres dan dalam skenario head to head, Prabowo berpeluang menang melawan Ganjar," kata Vivin Wahyuni dalam hasil survei yang diterima di Jakarta, Minggu.

Baca Juga: Ganjar Siap Jadi Pengganti Jokowi, Sebut Akan Teruskan dan Akselerasi Program Andalan

Temuan survei indEX Research menunjukkan elektabilitas Ganjar Pranowo naik dari 21,4 persen pada survei akhir Maret 2023 menjadi 22,1 persen pada survei terbaru. Posisi unggul tetap diduduki Prabowo Subianto yang elektabilitasnya melejit hingga mencapai 24,8 persen.

Sementara itu, mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyusul pada peringkat ketiga dengan elektabilitas sebesar 18,2 persen. Dengan tren tersebut, Prabowo Subianto berpeluang berhadapan dengan Ganjar jika masing-masing diusung sebagai capres.

Menurut Vivin Wahyuni, pilihan Ganjar Pranowo untuk tunduk pada arahan partai terkait Piala Dunia U-20 memberikan konsekuensi elektoral dengan merosotnya elektabilitas secara tajam.

Baca Juga: Belum Resmi Didukung, PAN Sebut Ganjar Masih Jadi Kandidat Capres Terkuat

Akan tetapi, langkah politik PDIP dengan mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai bacapres usungan partai tersebut sukses mencegah elektabilitasnya turun lebih dalam.

Bahkan, lanjut Vivin Wahyuni, langkah tersebut berhasil mengungkit elektabilitas Ganjar Pranowo, meskipun tidak setinggi capaian sebelumnya. Pencalonan Ganjar Pranowo juga tidak hanya membendung laju koalisi besar, tetapi berpotensi membuyarkan peta semua koalisi.

Sebelumnya, gagasan pembentukan koalisi besar muncul usai Presiden Joko Widodo mengundang para pimpinan parpol pendukung pemerintahan saat ini. Sebanyak 5 pimpinan parpol menggelar pertemuan pertemuan di Kantor DPP PAN, Minggu (2/42023). 

Sosok yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, dan Plt. Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Mardiono.

"Dalam beberapa waktu ke depan, rivalitas antara Prabowo dan Ganjar berpeluang makin keras jika rencana merger koalisi besar dengan PDI Perjuangan tetap didorong, di mana baik Prabowo maupun Ganjar berebut tiket capres dan enggan menjadi sekadar cawapres," jelas Vivin Wahyuni.

Baca Juga: Prabowo Kembali Diserang ISU HAM, Pengamat: Sudah Tidak Relevan

Kemungkinan berubahnya peta koalisi juga dapat mengancam peluang Anies Baswedan melaju sebagai capres. "Partai-partai yang tergabung dalam koalisi perubahan bisa menjadi sasaran tarik menarik koalisi yang lain, apalagi siapa cawapres Anies pun masih belum diputuskan," ujarnya.

Index Research melakukan survei pada 28 April-2 Mei 2023 terhadap 1.200 responden melalui telepon. Sampel dipilih melalui metode random digit dialing (RDD) atau pembangkitan nomor telepon secara acak, dengan margin of error survei sebesar kurang lebih 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Untuk diketahui, pendaftaran bakal capres dan cawapres dijadwalkan pada 19 Oktober hingga 25 November 2023.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu), pasangan capres dan cawapres diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.

Baca Juga: Golkar Usulkan Jagoan koalisi Besar, Duet Prabowo-Airlangga

Saat ini, ada 575 kursi di parlemen, sehingga pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2024 harus memiliki dukungan minimal 115 kursi di DPR RI. Bisa juga pasangan calon diusung oleh parpol atau gabungan parpol peserta Pemilu 2019 dengan total perolehan suara sah minimal 34.992.703 suara. 

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Fajar.