Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengkritik sistem pemilihan calon presiden (capres) di Indonesia. Saat ini, kebanyakan capres dipilih berdasarkan popularitas yang menyebabkan kurangnya mewakili ideologi partai.
Banyak capres yang dipilih berdasarkan survei atau popularitas di media sosial. Padahal, seharusnya capres dipilih berdasarkan internal partai kemudian baru didaftarkan secara resmi.
Baca Juga: Banyak Bahasan Manuver Selama Belum Pendaftaran Capres-Cawapres, Fahri Hamzah: Tidak Ada Gunanya
"Salah satu, jadi kalau dalam negara demokrasi, partai dulu, apalagi dalam sistem kita belum mengizinkan calon independen. Kalau kita mengizinkan calon independen, itu ada beban untuk mengumpulkan dukungan ril rakyat berupa KTP dan sebagainya," kata Fahri Hamzah, mengutip video yang diunggah di kanal YouTube Total Politik, Jumat (5/5/2023).
Sebagai efek pemilihan berdasarkan popularitas, Fahri Hamzah mengambil contoh terpilihnya Ganjar Pranowo sebagai capres. Fahri Hamzah menyebut bahwa awalnya banyak kader PDIP yang tidak setuju dengan Ganjar karena dinilai kurang prestasi dan tidak merakyat.
Namun kerasnya gerakan warganet mendukung Ganjar dan survei elektabilitas berbagai lembaga, mendorong PDIP mengikuti arus untuk memilih Ganjar sebagai capres.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO