Analis komunikasi politik, Hendri Satrio menilai keinginan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk maju sebagai calon presiden (capres) terhalang karena keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres di Pilpres 2024.
Hensat menyebut, saat ini Prabowo hanya memiliki dua pilihan yang bisa dipilih.
Pilihan pertama, Prabowo mesti ikhlas untuk menjadi cawapresnya Ganjar. Sementara pilihan keduanya ialah mantan Danjen Kopassus tersebut pilih menarik keinginannya untuk menjadi capres.
Baca Juga: Wacana Duet Ganjar-Prabowo Mencuat, Gerindra Bilang Begini
Selain karena faktor Ganjar, Hendri menilai kalau partai-partai di koalisi pemerintahan yang cenderung tegak lurus dengan kehendak Jokowi.
"Jadi artinya ini enggak ketemu nih, sangat mungkin kemudian Cak Imin ini tegak lurus komandonya Pak Jokowi sehingga memang enggak ketemu. Jadi pak Prabowo kalau mau menjadi kontestan pemilu hari ini pilihannya cuma cawapres atau dia nonton saja," tutur Hendri di Jakarta Pusat, Rabu (3/5/2023).
Akan tetapi, Hendri mengungkapkan kalau situasi 'mentok' yang dirasakan Prabowo itu bisa juga berbalik. Artinya Prabowo menjadi capres, sedangkan Ganjar cawapres.
Tentu dengan syarat keikhlasan Megawati Soekarnoputri beserta jajaran PDIP yang kadung mengusung Ganjar.
Kelihaian Prabowo juga diperlukan untuk merayu Megawati agar luluh mau berbalik mendukung pencapresan dirinya. Salah satu cara yang bisa ditempuh ialah perjanjian Batutulis pada 2009 silam.
Baca Juga: Minta Publik Tak Usah Tegang Jelang Pilpres, Prabowo Sebut Ganjar dan Anies Putra Terbaik Bangsa
"Kecuali Pak Prabowo bisa meyakinkan Ibu Mega bahwa ada sebuah perjanjian di Batutulis yang belum dipenuhi oleh Bu Mega, kemudian Pak Prabowo berhasil meyakinkan baru bisa tuh Prabowo-Ganjar. Mungkin di 2024 perjanjian Batutulis yang tertunda itu bisa terjadi," kata Hendri.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO