Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menganalisis bahwa Ganjar Pranowo tak bakal berpasangan dengan Prabowo Subianto di kontestasi Pilpres 2024 mendatang. Pasalnya, elektabilitas kedua tokoh tersebut masih bersaing sengit.
Diketahui, Ganjar kekinian telah diusung oleh PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sementara Prabowo diprediksi bakal diusung Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang digagas Partai Gerindra dan PKB.
"Karena elektabilitas Ganjar yang didukung PDI Perjuangan dan PPP, serta elektabilitas Prabowo yang diusung oleh Gerindra setidaknya masih berdekatan, kemungkinan besar tidak ada kesepakatan untuk menjodohkan kedua capres dari internal partai pendukung pemerintah dalam satu perahu," kata Burhanuddin Muhtadi dari kanal YouTube CNN Indonesia, dikutip Konten Jatim pada Rabu (3/5/2023).
Terkait keduanya bakal berduet atau berduel, Burhan menyebut bahwa hal ini dapat dilihat hingga bulan Oktober mendatang, yakni sebelum pendaftaran secara resmi ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Jadi masih ditunggu waktu minimal sampai bulan Oktober sebelum pendaftaran, apakah kedua tokoh yang diusung oleh partai-partai pendukung pemerintah ini akan berduet atau berduel," ucap Burhan.
"Nah per hari ini kemungkinan duel, karena elektabilitas Ganjar maupun Prabowo masih tipis bedanya," sambung pengamat politik ini.
Perkembangan terbaru, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memperlihatkan hasil survei terkait elektabilitas Ganjar Pranowo. Survei menunjukkan elektabilitas Ganjar meningkat usai diumumkan sebagai calon presiden (capres) yang diusung Pilpres 2024.
Dalam survei yang dilakukan SMRC pada 25-28 April 2023, Ganjar mendapatkan dukungan terbanyak dari pemilih kritis nasional, yakni 20,8 persen.
Sementara itu, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan masing-masing mendapatkan dukungan 15,8 persen dan 11,4 persen.
Direktur Riset SMRC, Deni Irvani menyebut bahwa hasil survei ini juga menunjukkan bahwa elektabilitas bakal calon presiden dalam tiga tahun terakhir cukup dinamis.
Baca Juga: Ganjar Diserang Pakai Foto Hoaks dengan Bintang Film Dewasa, Guntur Romli Sebut Lawan Mulai Panik
Lebih lanjut, Deni menerangkan bahwa pemilih kritis itu ialah pemilih yang memiliki akses ke sumber-sumber informasi sosial-politik secara lebih baik karena mereka memiliki ponsel sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial-politik.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO