Empat pasang calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) diprediksi bakal mengikuti kontestasi Pilpres 2024 mendatang.
Pertama, Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang didukung oleh Koalisi Perubahan yang terdiri dari NasDem, Demokrat dan PKS. Selain juga ada Partai Ummat yang memberikan dukungannya kepada Anies.
Kedua, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang didukung oleh Gerindra dan PKB.
Baca Juga: Sandiaga Beri Kode Ogah Berduet dengan Anies di Pilpres 2024, Tak Sepakat Usung Perubahan
Ketiga, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang dideklarasikan oleh PDIP menyusul Partai Hanura dan PPP. Sebelum dideklarasikan PDIP, PSI sudah lebih dulu mendeklarasikan Ganjar sebagai capres.
Keempat, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang telah dideklarasikan dalam Rapimnas Golkar. Hanya saja, untuk posisi cawapres masih ada banyak figur yang disebut-sebut memiliki potensial.
Pengamat politik Rocky Gerung menghawatirkan adanya tukar tambah cawapres oleh para elit.
"Yang bahaya adalah kalau para elit ini sibuk dengan tukar tambah soal cawapres segala macam, lupa bahwa ini bangsa mesti dituntun dengan ide itu dan bukan sekedar memanfaatkan momentum," kata Rocky dikutip melalui kanal YouTube-nya yang tayang, Senin, (1/5/2023).
Menurut dosen Sam Ratulangi ini, kekacauan institusi berimbas pada ketidakpastian politik. Khusus untuk cawapres yang berpotensi mendampingi Ganjar, beberapa nama santer disebut seperti Menteri BUMN Erick Thohir hingga Menparekraf Sandiaga Uno.
Kedua figur ini disebutnya dibutuhkan dalam memodali kampanye Ganjar. Hanya saja kata Rocky, bagi Erick dan Sandi, Ganjar diinvestasikan melalui Presiden Joko Widodo bukan melalui PDI Perjuangan. Sehingga keduanya berpikir untuk menanamkan modalnya.
"Sandi sebagai pengusaha pasti ngitung-itung juga baliknya kapan atau dengan cara apa balikinnya tuh kan ini intinya," katanya.
Belum lagi, Rocky menyebut Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sendiri mengetahui elektabilitas Ganjar masih rendah.
"Yang dibutuhkan Ibu Mega atau PDIP adalah uang, itu jelas buat kampanyekan, jadi pasti cuman ada dua yang sebetulnya potensial di situ tapi yang dua ini pun ngitung-itung balik enggak modalnya kalau ditanam di PDIP, kan itu dasarnya, jadi kita soal-soal di belakang layar," tandas ahli filsafat ini.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan