Menu


Ini Alasan Cawapres dari Kalangan Militer Dianggap Kurang Diminati

Ini Alasan Cawapres dari Kalangan Militer Dianggap Kurang Diminati

Kredit Foto: Antara/Abriawan Abhe

Konten Jatim, Purwokerto -

Pengamat politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Indaru Setyo Nurprojo memperkirakan calon wakil presiden (cawapres) yang berlatar belakang militer akan kurang diminati masyarakat pada Pemilu 2024

Saat dihubungi di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indaru mengakui jika saat sekarang telah muncul sejumlah nama yang berpeluang sebagai bakal cawapres bagi tiga bakal calon presiden (capres) yang sudah diusung dan mendapat dukungan dari beberapa partai politik.

Baca Juga: Punya Bekal Lengkap, Erick Thohir Dinilai Jadi Cawapres Terkuat di Pilpres 2024

"Selain ketua partai tentu banyak 'artis-artis' politik nasional, ya. Kalau kita melihat ada Erick Thohir, Sandiaga Uno, kita juga melihat performa ketegasan Pak Mahfud MD, itu yang sekarang banyak dibicarakan di media," katanya.

Akan dari semua itu, kata dia, sebetulnya ada beberapa isu yang dapat diambil terkait dengan sosok yang tepat untuk tampil sebagai cawapres.

Dalam hal ini, isu seputar bakal cawapres tersebut di antaranya berkaitan dengan soal nahdiyin (warga NU) dan Muhammadiyah, perempuan atau bukan perempuan, berlatar belakang militer atau bukan militer, dan sebagainya.

"Sepertinya pada Pemilu 2024, militer enggak begitu laku untuk dicalonkan, menurut saya, karena eks militer tidak begitu laku. Ini tinggal apakah mereka yang berbasis pada ormas dengan massa terbesar atau kaitannya dengan perempuan dan sebagainya," jelasnya.

Bahkan, jika dikaitkan dengan isu perempuan, kata dia, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga muncul sebagai salah satu bakal cawapres yang merepresentasikan perempuan dan nahdiyin.

Baca Juga: Usai Ditinggal PPP Capreskan Ganjar, Mungkinkah Koalisi Golkar-PAN Usung Capres dan Cawapres Sendiri? Ini Analisis Pengamat

Menurut dia, hal itu akan menjadi pilihan-pilihan rasional yang harus diakui bahwa nahdiyin atau Nahdlatul Ulama menjadi yang cukup signifikan dalam mengolah suara pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024. "Itu belajar dari Pemilu 2019," kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed itu.

Menyinggung soal peluang Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono sebagai bakal cawapres yang notabene berlatar belakang militer, Indaru mengatakan bahwa putra sulung presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu tidak menutup kemungkinan mendampingi bakal calon presiden Anies Baswedan. "Ya, monggo, mungkin bisa diambil Anies, tetapi catatan besarnya 'kan tidak ada progres positif di survei atau apa pun dalam kerja-kerja di DPR RI, di dalam riset apa pun yang menunjukkan Demokrat mengalami proses kenaikan," tegasnya.

Kendati demikian, lanjut dia, harus diakui bahwa lepas apa pun metodologinya, riset dan survei itu menjadi bagian yang tidak bisa diabaikan.

Hingga saat ini telah muncul tiga nama bakal capres yang akan tampil pada Pemilu 2024, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang diusung PDI Perjuangan serta didukung Partai Hanura dan PPP, Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto diusung Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang digawangi Partai Gerindra dan PKB, serta mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang diusung Koalisi Perubahan yang terdiri atas Partai NasDem, PKS, dan Partai Demokrat.

Pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan pada 19 Oktober 2023 sampai dengan 25 November 2023.

Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Republika.