Ustaz Adi Hidayat mengatakan bahwa ada dua jenis maksiat yang seharusnya tidak didekati atau bahkan dilakukan oleh umat Islam.
Pasalnya, maksiat adalah perilaku saat kita melanggar ketentuan atau perintah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga maksiat merupakan perbuatan yang sangat buruk.
Maksiat pertama yang Ustaz Adi singgung adalah maksiat dalam beribadah, yakni saat seseorang meninggalkan kewajiban dalam mengerjakan ibadah.
“Maksiatnya terkait dengan Allah, bermaksiat kepada Allah secara langsung. Contoh diminta untuk beribadah (tapi tidak beribadah, red). Salat itu kan bagian pokok, kepatuhan kita, bukti keimanan kita kepada Allah,” kata Ustaz Adi.
Baca Juga: ‘Ladang’ Rekreasi Pasca Silaturahmi, Ustadz Khalid Basalamah: Jangan Jadikan Mudik Pintu Kemaksiatan
Penjelasan Ustaz Adi ini pun sesuai dengan surat Thaha ayat ke-14 yang berbunyi:
إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ
Innanī anallāhu lā ilāha illā ana fa'budnī wa aqimiṣ-ṣalāta liżikrī
Artinya: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
Maka dari itu, meninggalkan salat merupakan bagian dari maksiat kepada Allah. Tak hanya meninggalkan, tetapi juga yang menunda-nunda salat.
Selain maksiat yang terkait dengan perbuatan kepada Allah atau dalam beribadah, maksiat lainnya yang Ustaz Adi jelaskan adalah maksiat yang disebabkan oleh anggota tubuh.
“Ada maksiat yang terjadi dari anggota-anggota tubuh pada soalan-soalan yang memang dilarang oleh Allah,” ujar Ustaz Adi.
Dalam salah satu penjelasannya, maksiat melalui anggota tubuh di antaranya berbicara yang tidak pantas meskipun sudah diminta untuk bertutur kata yang baik.
Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat: Pinjol Itu Haram! Penuh Riba dan Maksiat
Sebagaimana dalam perintah Allah yang tercantum di surat Al-Hujurat ayat 11 yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
Yā ayyuhallażīna āmanụ lā yaskhar qaumum ming qaumin 'asā ay yakụnụ khairam min-hum wa lā nisā`um min nisā`in 'asā ay yakunna khairam min-hunn, wa lā talmizū anfusakum wa lā tanābazụ bil-alqāb, bi`sa lismul-fusụqu ba'dal-īmān, wa mal lam yatub fa ulā`ika humuẓ-ẓālimụn
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.