Apa itu tauhid rububiyah? Tauhid rububiyah merupakan bagian tauhid yang meyakini bahwa Allah SWT ialah satu-satunya pemilik yang dapat mengurus makhluk-makhluk-Nya.
Adapun asal kata ‘rububiyah’ ialah ‘rabb’, yang dalam bahasa Arab berarti mengatur, mengurus, dan memiliki.
Diketahui, terdapat tiga agama yang mengakui asas tauhid rububiyah ini, yakni Islam, Kristen, dan Yahudi. Ketiganya menganggap tak ada Zat yang mampu mengatur alam raya, menciptakan makhluk, menghidupkan, mematikan, memberi manfaat maupun marabahaya kecuali Allah SWT.
Baca Juga: Tauhid yang Agung: Dalil dan Bagian-Bagiannya
Jadi, tauhid rububiyah menegaskan, Allah ialah pemelihara makluk, para rasul, dan wali-wali-Nya, yang senantiasa memperbaiki keadaan mereka semua dengan pilar kehidupan yang telah diberikan.
Allah juga ialah penguasa dan pelindung seluruh makhluk-Nya.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan tauhid rububiyah mencakup dimensi keimanan sebagai berikut:
- Beriman kepada Dzat Allah
- Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang umum, seperti menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Apa Itu Tauhid? Ini Maksud dan Kedudukannya Agungnya dalam Islam
- Beriman kepada takdir Allah, bahwa keteraturan segala urusan alam juga menjadi bukti terkuat yang menunjukkan hanya satu Tuhan yang mengatur alam ini, tanpa bersekutu atau berseteru.
Pentingnya belajar tauhid
Laman Muslim menyebut, banyak orang yang mengaku Islam tetapi tak dapat menjelaskan tauhid dengan benar. Hal ini melandasi pentingnya pembelajaran tentang tauhid sejak dini bagi pemuda-pemudi Muslim.
Hal ini perlu dilakukan agar tahu sifat-sifat, nama-nama, dan hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Dengan demikian, seseorang dapat mentauhidkan Allah dengan benar dan tak terjerumus dalam perbuatan syirik.
Baca Juga: Apa Itu Tauhid Rububiyah? Ini Penjelasan dan Dalilnya
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalil Al Utsaimin, “Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia dan paling agung kedudukannya.
“Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya” (Syarh Ushulil Iman, 4).