Menu


Peneliti BRIN Sebut Gerhana Matahari Bukan Pertanda Awal Bulan Hijriah

Peneliti BRIN Sebut Gerhana Matahari Bukan Pertanda Awal Bulan Hijriah

Kredit Foto: Unsplash/Jongsun Lee

Konten Jatim, Surabaya -

Peneliti Astronomi dan Astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Thomas Djamaluddin menjelaskan keterkaitan antara gerhana matahari dengan ditentukannya 1 Syawal melalui unggahan di blog pribadinya.

Prof Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa Gerhana Matahari memang menunjukkan ijtimak (konjungsi) telah terjadi. Ijtimak adalah Bulan baru (newmoon) astronomi. Namun, ini bukan pertanda awal bulan Hijriah.

Baca Juga: Diam-diam Firli Bahuri Temui Kapolri, Rocky Gerung: Ada Sesuatu yang Mendebarkan

"Kalau ijtimak dianggap sebagai awal bulan, mestinya mereka yang berpendapat seperti itu mulai puasa pada 22 Maret 2023. Saat itu, ijtimak terjadi pada 22 Maret 2023 pukul 00.23 WIB. Jadi saat shubuh 22 Maret mestinya mereka anggap sudah Ramadan. Nyatanya semua berpuasa mulai 23 Maret," terang Thomas.

Dia secara gamblang menyebut kalau informasi Gerhana jadi penanda berakhirnya Ramadan adalah informasi yang menyesatkan.

Menurut eks Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) itu, Gerhana Matahari sebagai kondisi ijtimak memang menunjukkan akhir siklus bulan mengitari bumi.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Tampilkan Semua Halaman

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Fajar.