Pemerintah Indonesia menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri menggunakan metode rukyatul hilal. Lantas, apakah metode ini sudah sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW? Simak penjelasan Ustadz Firanda Andirja.
Ustadz Firanda menyebut ada dua metode untuk menentukan 1 Ramadan dan 1 Syawal. Metode tersebut biasa disebut rukyatul hilal dan hisab.
Baca Juga: Bagaimana Penentuan Hari Lebaran 1 Syawal yang Benar? Ini Kata Ustadz Firanda Andirja
Di antara kedua metode itu, Ustadz Firanda menyebut bahwa metode hilal adalah yang benar menurut empat imam madzhab. Bahkan, metode ini dikatakan ijma ulama.
"Metode melihat hilal inilah yang sesuai empat madzhab bahkan dikatakan ijma' ulama. Tidak ada yang menyelisihi bahwasanya menentukan 1 Ramadan harus dengan melihat hilal," kata Ustadz Firanda.
Dijelaskan, metode hisab hanyalah alat bantu untuk menentukan sekiranya kapan hilal bisa terlihat. Namun, perhitungan ini tidak bisa digunakan untuk menetapkan 1 Ramadan dan 1 Syawal.
"Adapun hisab itu hanyalah membantu namun tidak menentukan. Dengan hisab kita bisa memperkirakan apakah hilal terlihat atau tidak. Tetapi yang menentukan 1 Ramadan adalah terlihatnya hilal," ungkap dia.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,
"Berpuasalah kalian dengan melihat hilal dan berbukalah (mengakhiri puasa) dengan melihat hilal. Bila ia tidak tampak olehmu, maka sempurnakan hitungan Sya'ban menjadi 30 hari," (HR Bukhari dan Muslim).
"Jadi hadits-hadits seperti ini mengisyaratkan bahwasanya yang menjadi patokan adalah terlihatnya bilal bukan adanya hilal. Karena bisa jadi hilal itu ada tapi terhalangi oleh awan," ujar Ustadz Firanda lagi.
Sang ustaz menambahkan bahwasanya hilal bisa dilihat jika posisinya berada di atas 3 atau 4 derajat cakrawala. Semakin besar angkanya, maka semakin lama pula hilal itu terlihat.
"Hilal dilihat tatkala matahari tenggelam. Begitu titik matahari tenggelam, orang akan melihat hilal. Hilal itu kalau hilal berada 4° di atas cakrawala, berarti hilalnya agak besar dan dia akan bertahan di cakrawala sekitar 16 menit," terang Ustadz Firanda.
Baca Juga: Ustaz Khalid Basalamah: Idul Fitri Ditentukan dengan Cara yang Tidak Sembarangan
"Kalau dia ketinggiannya 3°, maka hilal semakin kecil. Umurnya masih sangat muda. Dia hanya bertahan dua belas menit kemudian dia tenggelam. Kalau hilal 2° di atas cakrawala, semakin pendek semakin muda lagi. Oleh karenanya begitu mati tenggelam orang berusaha lihat," kata dia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penentuan hari raya lebaran atau 1 Syawal yang benar adalah metode rukyatul hilal. Jika hilal terlihat, maka besok boleh berpuasa atau merayakan Idul Fitri.